Pangersa Abah Anom seorang Motivator Ulung
Diantara sifat seorang Guru Mursyid adalah rahman dan rahim kepada siapapun, terlebih kepada fakir miskin dan anak yatim serta orang-orang yang memang kurang beruntung dalam beberapa hal. Tidak jarang ketidak-beruntungan tersebut menjadikan seseorang merasa minder dalam hidup. Maka siapapun yang datang ke Pontren Suryalaya dengan berbagai latar belakang status sosial akan disambut oleh Pangersa Abah dengan penuh kasih sayang dan bahasa yang lemah lembut. Beliau tidak pernah menjatuhkan harga diri seseorang dan mempermalukannya, termasuk tidak pernah membukakan aib seseorang kepada orang lain. Semua yang datang ke madrasah akan dipanggilnya: “bageur”.
Sebaliknya Pangersa merupakan seorang motivator ulung yang mampu merubah mindset seseorang dengan mudah, bahkan mampu menaikkan kepercayaan dan harga diri seseorang yang hidup dalam ketidak-percayaan diri. Siapapun yang pernah berjumpa dengan Beliau pasti merasa puas, berkesan, dan pulang dengan hati yang lega.
Pada satu kesempatan Pangersa Abah menyuruh salah seorang khadam (pembantu) nya yang setiap hari meladeni dan menemaninya, untuk pergi mengikuti pelatihan di negri Kanguru (Australia). Betapa kaget, gembira dan campur bingung khadamnya tersebut. Dalam pikiran khadamnya terus berputar penuh bingung: “bagaimana pergi ke Australia, ngomong (memakai Bahasa.Inggris) nya juga gak bisa? Terus disana nanti bagaimana? Dan berbagai pertanyaan lain penuh bingung dan galau…”.
Akhirnya datang menghadap ke Pangersa untuk menyatakan ketidak-siapannya pergi ke luar negri. Tetapi Pangersa Abah tetap terus menyuruh khadamnya itu untuk pergi. Maka dengan penuh kepasrahan dan taat kepada guru, diapun berkata: “Pangersa! Tapi Saya tidak bisa berbicara bahasa Inggris, bagaimana nanti saya disana?”. Jawaban Pangersa Abah sangat pendek tapi penuh makna dalam bahasa Sunda: “Monyet bae bisaeun ngomong”(monyet saja bisa ngomong”. Setelah mendengar apa yang diucapkan Pangersa Abah tersebut, dia tidak pernah protes atau menolak perintah Guru, sampai akhirnya pergi ke Australia.
Ternyata di Australia sang khadam mampu mengikuti semua program pelatihan yang diamanahkan kepadanya dengan baik dan sukses. Sampai tiba waktunya untuk kembali ke Indonesia, semua peserta pelatihan berbelanja berbagai cindera mata untuk dijadikan kenang-kenangan ke Indonesia, termasuk sang khadampun bermaksud ingin membawakan berbagai kenangan dan cindera mata untuk Pangersa Abah dan keluarganya. Maka dia membeli berbagai cinderamata dari Australia sebagai oleh-oleh pulang ke Indonesia.
Ternyata peraturan bea cukai, baik di Australia maupun di Indonesia sangat ketat, termasuk mengenakan pajak bagi barang-barang tertentu yang akan dibawa masuk negara lain. Sehingga banyak kawan-kawan sejawatnya yang berniat membawa cindera mata harus menghadapi kekecewaan dikarenakan peraturan tersebut. Bahkan banyak cindera mata dan kenang-kenangan yang akan dibawa ke Indonesia diambil pihak bea cukai. Berbeda dengan sang khadim yang membungkus cinderamatanya tersebut dengan rapih dan ditulis di atas bungkusnya “Kepada Yang Mulia Pangersa Abah Anom di Pondok Pesantren Suryalaya Tasikmalaya Jawa Barat Indonesia”, ternyata diperjalanan lancar dan semua cinderamata tersebut sampai ke Indonesia tanpa pemeriksaan yang berarti, baik oleh Bea cukai Australia maupun Indonesia. (Sumber Drs. H. Aef oleh Agus Sb).