Pentingnya Kitab Miftahus Shudur
Kitab Miftahus Shudur
Kitab yang disusun oleh Pangersa Abah Anom ra. Miftah artinya alat pembuka. Bila kita mempunyai kamar terkunci dan kuncinya hilang, maka kita tidak bisa untuk membersihkan, menghiasi atau menerangi kamar tersebut dengan lampu bila stop kontaknya juga ada di dalam kamar tersebut. Itu kamar lahir.
Qolbu adalah kamar batin yang harus dibersihkan dari sifat tidak baik dan sifat hewani. Qolbu harus dihiasi dengan akhlakul karimah. Qolbu jangan dibiarkan gelap, harus diterangi dengan dzikir. Masalahnya bagaimana untuk membuka, membersihkan, menghiasi dan menerangi qolbu? Jawabannya ada dalam Miftahus Shudur.
Miftahus Shudur ibarat lautan. Ada yang menyukai laut dengan berselancar. Terlihat indah dan asyik. Lafadz- lafadz dalam Miftahus Shudur dikaji secara ilmu bahasa, sehingga membuat orang lain terpesona.
Ada yang bukan hanya berselancar di atas ombak laut, namun bergelut dan berenang dengan berbagai gaya. Berenang itu menyehatkan. Lafadz- lafadznya mencoba digeluti, dipraktekkan dan direfleksikan.
Ada juga yang menyelami lautan sampai ke dasar lautan, sampai kakinya menginjak tanah atau pasir di laut. Ia mencari dan menemukan mutiara di dasar laut. Tipe ketiga bukan hanya mengkaji bahasa, mendialogkan lafadz dengan kondisi ruhani kita, namun sudah menemukan mutiara Miftahus Shudur. Masing- masing tipe di atas memiliki peran sesuai bidangnya.
Miftahus Shudur adalah ensiklopedi dan panduan para salik tentang dzikir yang dapat mengantarkan seseorang untuk wushul ke Allah. Diawali dengan ontologi atau hakekat dzikir nafi dan itsbat, dengan mencantumkan aksiologi atau manfaatnya secara syariat, tarekat, makrifat dan hakekat. Secara syariat, ditunjukkan bahwa ilmu dzikir adalah tradisi yang diwariskan dari masa ke masa sejak jaman Rasulullah Saw.
Dijelaskan juga epistemologi atau cara dzikir jahar secara jelas, disertai penjelasan filosofis dan logis. Uraian tersebut lalu disederhanakan dengan langkah mudah bagi setiap orang, yaitu talqin. Diawali dengan kajian syariat tentang talqin, pembagian talqin dan dzikir apa saja yang ditalqinkan. Talqin atau pengajaran dzikir juga diperjelas tentang urgensi sanadnya sampai Rasulullah saw. Mursyid adalah pewaris lahir dan batin Rasulullah sehingga menjadi Guru ruhani dan model bagi kita.
Dzikir dapat melahirkan futuh yang dicirikan dengan khusyu’, meneteskan air mata (dumu’), terbakar dan tenggelam secara ruhaniah.
Dapat dikatakan, Miftahus Shudur merupakan panduan lengkap agar dzikir yang kita lakukan efektif, dapat melahirkan energi sehingga dapat mengangkat, menerbangkan atau memikrajkan ruhani Kita menuju Allah. Sehingga qolbu bersama Allah, namun badannya berkhidmat di tengah kehidupan sosial.
Memang dzikir itu karunia Allah dan dilakukan lillahi ta’ala saja, namun Miftahus Shudur adalah petunjuk Guru sebagai ikhtiar agar dzikir yang dilakukan kita menjadi meningkat secara kualitas dan mengantarkan kita wushul ke Allah, insya Allah.
(Rojaya, Ketua Divisi Kajian dan Literasi Tasawuf DPP LDTQN Pontren Suryalaya dan Wakil Dekan Fakultas Dakwah IAILM Pontren Suryalaya).