Bimbingan Mursyid yang sudah wafat
Dalam kajian Ilmu Tasawuf kita tentu mendengar dengan istilah Faydhul barokah. Faydhul Barokah artinya limpahan barokah dari orang mulia seperti Nabi atau Wali Allah pada diri seseorang. Di dalam Tafrihul Khothir fi Manaqibi Asy-Syekh Abdul Qodir qs (hlm. 14) disebutkan, faydhul barokah itu ada dua jenis:
Tarbiyatihi ba’da zamanihi
Tarbiyatihi ba’da zamanihi adalah bimbingan atau tarbiyah Nabi atau Wali setelah wafatnya mereka. Seorang Wali Mursyid dapat membimbing murid- muridnya, walau fisiknya sudah di makam. Dalam Tanwirul Qulub lebih tegas disebutkan, jika ada wali Allah yang setelah wafat karomahnya hilang, maka ia bukan wali Allah.
Seorang Mursyid walau sudah wafat secara fisik, namun tetap memantau, menolong dan membimbing para murid- muridnya dengan cara yang beragam. Itulah tanda cinta dan kasih sayang seorang Mursyid kepada para ikhwan atau para muridnya. Adakah kita tidak ingin membalas cinta dan kasih sayangnya dengan berkhidmah sesuai dengan kemampuan kita? Khidmat ilal mursyid.
Muroqobatul mursyid. Mursyid selalu memantaau kita. Apa tidak malu jika Kita melakukan kedzaliman, padahal mata Syekh Mursyid melihat apa yang kita lakukan?
Tarbiyatuhum bir ru’ya
Tarbiyatuhum bir ru’ya adalah Seorang Mursyid walau sudah wafat dapat membimbing melalui mimpi, memberikan pesan, solusi dan sebagainya kepada para ikhwan atau muridnya. Syekh Abdul Qodir al-Jaelani menegaskan dalam Sirrul Asror, syetan sebagai kekuatan kegelapan tidak akan dapat menyerupai sosok- sosok cahaya seperti para nabi dan para wali.
Demikian faydhul barokah adalah limpahan barokah, termasuk dari Syekh Mursyid, Pangersa Abah Anom. Semoga kita semakin belajar merasa diawasi Mursyid dan berhasrat untuk berkhidmat padanya sebagai bentuk syukur dan terima kasih pada Syekh Mursyid, Aamiin.
Wallohua’lam
Rojaya (Divisi Informasi dan Komunikasi DPP LDTQN Suryalaya )