Kisah
Trending

Guru Mursyid mengetahui prilaku para murid

Dalam riwayat lain yang membuktikan bahwa seorang Guru Mursyid mengetahui apa yang dikerjakan dan apa yang terlintas dalam hati muridnya adalah seperti diceriterakan Mang Ii (anaknya H. Anta) kepada penulis.

Ketika dia masih muda dan bekerja sebagai seorang tukang aduk di sekolah yang sedang dibangun Pangersa Abah. Rupanya di sekolah tersebut ada seorang murid perempuan yang begitu cantik dan sangat digandrungi oleh hampir semua pelajar cowok di sekolah itu.

Sebagai seorang pemuda tentunya ingin juga berkenalan dengan cewek primadona tersebut, walaupun ketika itu berprofesi sebagai tukang aduk.

Suatu hari ketika berpapasan dengannya di depan sekolah, Mang Ii menyapa dengan baik pelajar perempuan tersebut dengan maksud menarik perhatiannya. Apa yang terjadi ketika menyapa cewek itu? bukan senyuman dan sapaan yang didapat, malah cacian dan makian serta diludahi oleh cewek itu. Betapa sakitnya hati Mang Ii diludahi perempuan. Sebagai seorang lelaki tentu merasa dilecehkan dan tidak menerima perlakuan itu. “Kurang ajar itu cewek” gumamnya dalam hati.

Setelah itu muncul dalam hatinya untuk “mengajari “murid cewek yang sok cantik itu. Dengan membaca mantra tertentu Mang Ii melempar kerikil yang sudah dibacakan mantra ke arah cewek itu, “rasain nanti”, gumamnya lagi.

Tak selang beberapa lama setelah dilempar kerikil, cewek itu dikabarkan sakit bukan kepalang dan susah disembuhkan. Orang-tua perempuan tersebut sudah membawa dan berobat kesana kemari; ke dokter, ke dukun, ke orang pintar, tetapi tetap belum juga sembuh. Malah menurut dokter yang mengobatinya dikatakan bahwa ini bukan sakit biasa dan bukan disebabkan oleh penyakit pada umumnya.

Semakin bingunglah kedua orang-tua perempuan itu sudah berobat kesana kemari belum sembuh juga, padahal sudah mengeluarkan uang yang tidak sedikit.

Baca Juga  Berbuka Puasa bersama Guru Mursyid

Maka orang-tua cewek itu pergi ke Pontren Suryalaya menemui Pangersa Abah untuk meminta barakah dan doa dengan membawa air agar disembuhkan sakit anaknya tersebut.

Begitu sampai kepada Pangersa Abah dan mengatakan maksud dan tujuan, maka Pangersa Abah berkata dalam Bahasa Sunda ke orang-tua itu: “Tuh ka Ii menta caina!” (pergi saja ke Ii minta airnya), dengan singkat menyuruh untuk pergi ke rumah Mang Ii.

Orang-tua tersebut lalu pergi menuju ke rumah H. Anta mencari Mang Ii untuk meminta air sebagaimana diperintahkan Pangersa Abah.

Betapa terkejutnya Mang Ii kedatangan orang yang ingin minta air barokah.

Lalu orang-tua cewek tersebut menceriterakan apa yang menimpa putrinya serta tugas dari Pangersa Abah untuk meminta air kepadanya.

Seketika itu memerahlah muka Mang Ii dan begitu malunya, ternyata Pangersa Abah mengetahui apa yang telah diperbuatnya terhadap pelajar perempuan tersebut di sekolah.

Masa Pangersa Abah menyuruh saya untuk memberi air barokah?, jadi malu deh” guman Mang Ii dalam hatinya.

Sejak itulah dia tidak pernah menjahili orang lain lagi, kapok dan malu oleh Pangersa Abah disuruh memberi air barokah.

(Sumber Mang Ii oleh Agus Sb).

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button