Guru Mursyid mengetahui gerak gerik hati para murid
Ada sebuah pepatah yang sangat terkenal “Laut sedalam apapun bisa diselami tetapi hati orang siapa yang tahu”, sehingga siapapun tidak akan mampu menyelami hati dan perasaan orang lain. Kalaupun ada seseorang yang pas memberi pertolongan seperti yang terdetik dan diharapkan dalam hati, itu hanya kebetulan atau mungkin berdasarkan fenomena fisik yang bisa dipelajari dalam ilmu psikologi.
Rupanya pepatah diatas tidak berlaku bagi seorang Guru Mursyid terhadap hati para muridnya. Seorang Guru Mursyid pasti mengetahui gerak-gerik hati setiap muridnya dan seorang murid tidak bisa menyembunyikan apapun yang terdetik dalam hati di hadapan Guru Mursyidnya.
Hal tersebut sebagaimana yang terjadi pada diri penulis yang tidak bisa dilupakan sampai sekarang, yaitu ketika suatu hari meminta amalan untuk riyadhah.
Penulis menyadari dan mengakui sangat malas untuk melaksanakan riyadhah. Sehingga ketika akan meminta riyadhah-pun terdetik dalam hati mudah-mudahan jangan diberi amalan yang terlalu berat.
Begitu Penulis menuju madrasah, ternyata Pangersa Abah sedang duduk di kursi rotan berwarna putih depan madrasah menghadap ke masjid. Singkat kata penulis meminta amalan kepada Pangersa Abah, Beliaupun memberikan amalan berupa potongan nama Allah dari “Asmaul Husna”. Sungguh ketika itu begitu girang hati penulis menerima apa yang diberikan Beliau dan terdetik dalam hati : “Alhamdulillah betapa ringan amalan itu, hanya disuruh dibacakan setiap selepas shalat fardhu”.
Lalu penulis pamit dan mencium tangannya yang lembut sambil mundur ke belakang. Baru melangkah sekitar lima langkah, ternyata Pangersa Abah berkata yang sampai sekarang terus terngiang dalam telinga: “kade hudang peutingna” (awas bangun malamnya jangan lupa).
Ternyata Beliau mengetahui apa yang terdetik dalam hati penulis. Beliau mengetahui bahwa yang paling malas bagi penulis sampai sekarang justru bangun malamnya, bukan membaca Asmaul-husna.
Subhaanalloh..
(Agus Samsul Bassar).