Siapa ikhwan TQN Suryalaya yang tidak kenal kepada KH. Zezen Zaenal Abidin Zayadi Bazul Asyhab? Terkenal dengan kepiawaiannya dalam berdakwah dan penuh retorika mumpuni, sehingga mampu menghipnosis pendengar untuk duduk berjam-jam hanya untuk mendengarkan ceramahnya. Pak Zezen sebutan populernya berguru kepada Pangersa Abah Anom sejak tahun 1990. Sebelum ke Pesantren Suryalaya, beliau mencari guru kemana-mana, mulai dari Banten sampai Madura. Pulau Jawapun dikelilingi hanya untuk mencari sosok guru ideal dalam hidupnya.
Ketika pertama kali datang ke Pesantren Suryalaya dan bertemu Pangersa Abah Anom, Pak Zezen yang sudah mempunyai Pondok Pesantren di Sukabumi dan dikenal sebagai ahli hikmah ini masih penasaran dan rasa ingin tahunya membawa untuk tetap mencari guru lain (Selain Pangersa Abah) yang lebih ideal dalam pandangannya. Setelah berkeliling kemana-mana dan dirasakan lelah masih tidak menemukan guru ideal yang dicari, akhirnya pergi kembali ke Pontren Suryalaya.
Ketika kembali untuk berguru ke Pesantren Suryalaya yang kedua kalinya setelah mencari guru lain, Pangersa Abah bertanya kepada Ajengan Zezen: “Pak Kyai kunaon uih deui kadieu, teu kapendak guruna?” (Pak Kyai kenapa balik kembali kesini, tidak ketemu Gurunya?). Pak Zezen menjawab:” iya, Abah. Setelah keliling Jawa, saya masih belum menemukan Guru yang pas dengan saya”.
Sejak awal Pak Zezen yang sudah malang melintang di dunia hikmah dan memiliki pesantren datang ke Suryalaya sambil ingin mengetes: “siapa sebenarnya Abah Anom itu”. Sampai pernah suatu waktu, Pak Zezen yang memang perokok berat ini berani merokok di depan Pangersa Abah. Tanggapan Pangersa Abah waktu itu malah berkata dengan lembut: “walaupun Abah bukan perokok, tapi Abah punya rokok”, sambil memberikan rokok tersebut kepada Pak Zezen. Maka Pak Zezenpun membakarnya, dan tak lama setelah dihisap rokok itu malah terasa pusing. Akhirnya Pak Zezen membagi-bagikan rokok tersebut kepada teman-temannya yang perokok, tetapi anehnya mereka tidak apa-apa dan biasa-biasa saja padahal rokoknya sama dari Pangersa Abah. Sejak kejadian tersebut, Pak Zezen langsung berhenti merokok dan tidak lagi merokok.
Ketika Pangersa Abah Anom ditanya: “Kalau Abah belajar zikir sudah sampai mana?” dan Pangersa Abah dengan tersenyum menjawab: ”Abah mah macul we, boro-boro panen, tandur oge acan” karena saking tawadhu-nya Pangersa Abah Anom tidak pernah menampakkan keguruan dan keistimewaannya. Di mata Kyai Zezen justru sifat inilah yang dianggap kelebihan Pangersa Abah Anom dibandingkan dengan para guru yang pernah ditemuinya. Pangersa Abah Anom mampu menyembunyikan kehebatannya dan mampu terlihat seperti manusia biasa.
Setelah menjadi murid Pangersa Abah Anom, pernah Kyai Zezen ingin melihat lagi kehebatan Abah Anom dan dia datang ke Pangersa Abah Anom ingin minta izin mengadakan pengajian di Pesantren yang disebut dengan Manaqib. Pangersa Abah Anom waktu itu berkata: “Zen moal cukup masjidna ge”. Sang Kyai tambah bingung; “bagaimana tidak cukup mesjidnya, manakib saja belum dan belum tentu banyak orang yang akan datang”. Akhirnya pulang ke Sukabumi dan diadakan manakib di pesantrennya tersebut.
Setelah mengadakan manakib beberapa kali,ternyata benar ucapan Pangersa Abah: banyak orang berdatangan untuk mengikuti manakib dan Kyai Zezen sendiri tidak tahu orang-orang itu datang darimana. Kemudian Kyai Zezen balik lagi ke Suryalaya untuk memberitahu apa yang terjadi: “Abah, mesjidnya tidak cukup menampung orang-orang yang datang untuk mengikuti manakib”. Pangersa Abah menjawab: “Gedean be mesjidna”. Sekali lagi Kyai Zezen kebingungan berpikir: “ uang dari mana?”. Ternyata sebelumpulang Pangersa Abah memberinya amplop berisi uang Rp. 3.000.000,-(tiga juta rupiah). Dengan penuh keyakinan dan modal serta spirit dari Sang Guru, maka Kyai Zezen mulai merombak mesjid bahkan uang 3 juta tersebut ditafsirkannya sebagai simbol dan isyarat untuk membangun mesjid 3 lantai.Ternyata mesjid itu sekarang terwujud dan jamaah yang datang untuk manakib di mesjid itu sampai sekarang terus bertambah.
Semua ini merupakan bukti bahwa penglihatan (bashirah) seorang Guru Mursyid menembus waktu dan ruang, sebagaimana Kyai Zezen sering menyampaikan keterangan yang diriwayatkan Ibnu Abbas :”takutlah kepada firasat seorang beriman (Guru Mursyid), karena mereka melihat dengan cahaya Allah”. Sampai wafatnya Kyai Zezen tidak pernah mencari guru lain. (Sumber A.Aziz Inayatulloh dan Intan Nurmalasari oleh Agus Sb).