KisahUncategorized

Cara Pangersa Abah Menghormati Tamu

Menerima tamu yang datang ke rumah kita dengan penuh hormat dan ta’dhim serta membahagiakannya merupakan akhlak para Anbiya dan Auliya sebagai pancaran cahaya Illahi hasil riyadhahnya sepanjang hidup. Sampai Baginda Junjunan Alam kita Muhammad Saw pernah bersabda bahwa barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, hendaknya muliakanlah tamunya.

Ada suatu kisah seorang perempuan yang mengadu dan mengeluh kepada Rasulullah Saw dikarenakan perilaku suaminya yang sering membawa dan mengundang orang-orang datang ke rumahnya dan menjamu tamu-tamu tersebut, sehingga merepotkan dan menjadikan kecapaian perempuan yang menjadi istrinya tersebut. Tetapi perempuan tersebut tidak mendapatkan jawaban sedikitpun dari Rasulullah ketika itu, maka pulanglah ke rumahnya.

Setelah lewat beberapa hari,  Rasulullah Saw mengunjungi rumah pasangan suami-istri tersebut. Rasulullah bersabda kepada suaminya itu: “sesungguhnya Aku adalah tamu di rumahmu hari ini”.

Betapa bahagianya sang suami mendengar sabda Rasul tersebut, maka dia segera menghampiri istrinya untuk mengabarkan bahwa tamu hari ini adalah Rasulullah. Si istripun merasa bahagia dengan kabar tersebut, dan segera memasak makanan yang lezat dan nikmat untuk Rasulullah dengan penuh rasa bahagia di dalam hati.

 Ketika Rasulullah akan pamit untuk pulang setelah mendapatkan penghormatan dan kemuliaan di rumah itu serta keridhaan pasangan suami-istri tersebut, Rasulullah bersabda kepada suaminya itu: “ Ketika Aku akan keluar nanti dari rumahmu, panggil istrimu dan perintahkan dia untuk melihat ke pintu tempat Aku keluar”.

Maka sang istri melihat Rasulullah keluar dari rumahnya diikuti oleh binatang-binatang melata, seperti kalajengking dan berbagai binatang berbahaya lainnya di belakang Rasulullah.Terkejutlah sang istri dengan apa yang dilihat di depannya. Rasulullah bersabda: ”Seperti itulah yang terjadi. Setiap kali tamu keluar dari rumahmu, maka keluar pula segala bala, bahaya, dan segala binatang yang membahayakan dari rumahmu”.

Baca Juga  Abah Anom, Mursyid yang rendah hati

Inilah hikmah memuliakan tamu dan tidak berkeluh kesah karena kedatangannya. Rumah yang banyak dikunjungi tamu adalah rumah yang dicintai Allah. Begitu indahnya rumah yang selalu terbuka untuk anak kecil atau dewasa. Rumah yang didalamnya turun rahmat dan berbagai keberkahan dari langit. Rasulullah bersabda: “ Jika Allah menginginkan kebaikan terhadap satu kaum, maka Allah akan memberikan hadiah kepada mereka”. Para sahabat bertanya: ” hadiah apakah itu, Ya Rasulullah ? “.Rasulullah menjawab: ” tamu akan menyebabkan turunnya rejeki untuk pemilik rumah dan menghapus dosa-dosa penghuni rumah”.

Pantas Pangersa Abah senantiasa memuliakan para tamunya. Siapapun yang datang akan disambut dengan muka cerah dengan dihiasi senyuman dan akan selalu menyapa para tamunya itu dengan ucapan “bageur”. Siapapun yang datang; kyai, pejabat, pendosa, atau pebisnis, banyak menyaksikan kemuliaan Beliau menerima tamu dengan ucapan tersebut. Bahkan siapapun yang datang pas waktu makan, pasti disuruh makan dahulu sebelum meninggalkan Pontren Suryalaya.

Pernah suatu hari waktu masih ada Ibu Hj. Euis Siti Ru’yanah (istri pertama pangersa Abah) ketika waktunya makan tamu yang datang banyak sekali. Maka kata pak Ahmad Jamad (salah seorang pembantunya) semua tamu diberi makan dengan disediakan nasi yang disimpan di piring dan ditambah ikan asin bolocot yang memakai tepung, sampai semua nasi yang di dapur habis padahal masih ada tamu yang belum kebagian. Ketika itu Pangersa Abah bersama Ibu Hj. Euis, H. Dudun, dan H. Kurnia akan bersiap makan di dalam.

Pangersa Abah keluar dan bertanya kepada pak Ahmad Jamad: “beak nyah sangu (Habis Nasinya) ?”. Pak Ahmad Jamad yang dari tadi tidak berani terus terang akhirnya menjawab: “sumuhun, Abah (Betul, Abah)”.

Baca Juga  Kisah Pangersa Abah menghormati tamu

Maka Pak Jamad disuruh ke dalam dan semua nasi yang sudah di piring masing-masing termasuk piring Pangersa Abah disuruh dimasukan lagi semuanya ke boboko (tempat nasi dari bambu) oleh Pangersa Abah: “ wayahna euy, aya tamu nu can kabagean dahar ”, sehingga nasi tersebut semua diberikan kepada para tamu yang belum kebagian.

Orang kota mah bogaeun duit bisa jajan ka warung. Tapi orang kampung mah, jaba lempang kadieuna oge memeh subuh” (orang dari kota mungkin punya uang untuk jajan di warung, tapi orang kampung, sudah jalan kaki dan berangkat sebelum subuh), tegas Pangersa.

(Sumber Drs. H. Ahmad Jamad oleh Agus SB).

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button