Khutbah Jum’at: Islam Kâffah Sebagai Pesan Dakwah Islam Untuk Mencapai Integritas Diri Yang Sejati
Khutbah I
الحمد لله الّذى أَمَرَنَا بِكَثْرَةِ ذِكْرِهِ, وَأَوْجَبَنَا بِأَدَاءِ أَوَامِرِهِ وَاجْتِنَابِ نَوَاهِيْهِ, لِإِعْلَاءِ كَلِمَاتِهِ, أشهد ان لآاله الاّ الله شَهَادَةً تُنْجِى قَآئِلَهَا مِنْ عَذَابِهِ, وأشهد أَنَّ مُحَمَّدًا صَاحِبَ لِوَاءِ حَمْدِهِ. اللهمّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى سَيِّدِنَا محمّدٍ نَّبِيِّهِ, وَعَلى آلِهِ وَصَحْبِه وَمَنْ تَبِعَهُ بِإِحْـسَانٍ إِلَى يَوْمِ لِقَآءِ رَبِّهِ.
أَمَّابَعْدُ فَيَآ أَيُّهَا الْإِخْوَان رَحِمَكُمُ الله… أُوصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.
أعوذ بالله من الشّــيطان الرّجيم: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ (البقرة: 208)
Sidang Jum’at Rohimakumulloh
Setelah Khotib mengucapkan basmalah, hamdalah, Sholawat dan salam, selanjutnya khotib berkewajiban untuk berwasiat ketaqwaan kepada diri sendiri dan seluruh ikhwan. Marilah kita bersama-sama meningkatkan nilai-nilai ketaqwan dalam setiap kifrah hidup kita, dzohir maupun batin. Semoga Allah Swt memberikan kemampuan-Nya kepada kita sekalian. Amin Ya Robbal ‘alamin.
Sidang Jum’at Rohimakumulloh
Tema khutbah kita pada kesempatan ini adalah: “Islam Kâffah Sebagai Pesan Dakwah Islam Untuk Mencapai Integritas Diri Yang Sejati”.
Sebagaimana kesalah-pahaman tentang makna dakwah akan mengakibatkan kesalahan langkah dalam operasional dakwah, demikian juga materi dakwah maupun metode yang tidak tepat justru akan mengakibatkan pemahaman dan persepsi yang keliru tentang Islam itu sendiri. Akibatnya, citra Islam menjadi rusak justru oleh ulah umat Islam sendiri, al-Islaamu mahjuubun bil-muslim. Keruksakan ini boleh jadi berawal dari kenyataan dakwah yang hanya bersifat rutinitas dan artifisial yang tidak memberikan pengaruh apa-apa. Padahal, tujuan dakwah adalah untuk mengubah masyarakat ke arah kehidupan yang lebih baik, lebih Islami, lebih sejahtera lahiriah maupun batiniah. Demikian kata Didin Hafiduddin dalam buku Uus Uswatusolihah, 2006:4.
Tujuan dakwah demikian tampak sesuai dengan definisi komunikasi persuasif, yakni adanya perubahan situasi orang lain. (Lihat: Jalaluddin Rachmat, “Psikologi Komunikasi”, 1998:14-15). Perubahan dimaksud bukan hanya sekadar perubahan yang bersifat sementara, melainkan perubahan yang mendasar berdasarkan kesadaran dan keyakinan.
Dengan demikian, materi atau pesan dakwah mestilah dikaji dan dipahami secara mendalam hingga ke akarnya (radikal).
Sidang Jum’at Rohimakumulloh
Pesan dakwah itu adalah Syari’at Islam yang didokumentasikan dalam al-Qur’an dan as-Sunnah sebagai ground teorinya. Maka bagaimana mu’minin semestinya dalam menjalankan ajaran Islam? Mari kita lihat perintah Allah di al-Baqarah ayat 208 ini:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.”
Ibnu Katsir menjelaskan bahwa Kâffah adalah melaksanakan seluruh syari’at Islam dan mengamalkan syu’bul Iman (cabang-cabang Iman) yang tujuh puluh yang mana cabang terendahnya adalah menghilangkan bahaya dari jalan yang dilalui umum dan cabang tertingginya adalah mengucapkan dan mengamalkan kalimat Lâilâha illallâh. (Tafsir Ibnu Katsir, Juz I hal. 249). Hal ini bermakna bahwa pelaksanaan ajaran Islam itu adalah lahir batin sebagaimana kesimpulan dalam Tafsir Rûhul Ma’âny, Juz II hal. 146-147. Demikian juga dalam Tafsir Al-Marôghi, juz Ihal. 114, dan Tafsir Al-Fakhru Rôzį. Semuanya menyebutkan bahwa Kâffah itu pelaksanaan Islam lahir batin.
Ikhwani…. Lahiriyah kita adalah jismani atau fisik kita ini, sementara batin kita adalah Ruh dan Rasa. Sebagai manusia sempurna, tentulah memiliki yang tiga ini. Sebab Allah yang menciptakan manusia dengan tiga piranti dasar ini, maka tentulah Islam yang diturunkan-Nya disesuaikan dengan kebutuhan yang tiga ini. Lalu, bagaimana kita mengetahui lahir batinnya Islam itu? Mari kita perhatikan Visi dan Misi Rasul. Visinya adalah terciptanya pemerataan saling menyayangi di antara makhluk di berbagai dimensi alamnya (Q.S. 21, Al-Anbiya : 107). Nabi menegaskan bahwa “Aku diutus hanyalah untuk jadi rahmat atau wujud kasih sayang Allah.”
Dan tentang misinya ―langkah-langkah untuk mencapai visi tersebut― tentulah banyak. Setidaknya ada tiga misi yang disoroti di sini berkaitan dengan diskusi Islam Kâffah. Kita buka Surat al-Baqarah ayat 129 & 151), Âli Imrân ayat 164 dan Al-Jumu’ah ayat 2, di sana terdapat konsep tilâwah, tazkiyyah, dan ta’lim. Inilah TIGA MISI Rasul yang selanjutnya kita sebut konsep “Tripple Te” (tilâwah, tazkiyyah, dan ta’lim).
Kecuali di al-Baqarah ayat 129,urutan tersebut selalu tersusun demikian, yaitu; “tilâwah” ditulis pertama, kedua tazkiyyah, dan ketiga ta’lim. Seakan-akan Allah menyatakan bahwa yang didahulukan itu tilâwah, kemudian tazkiyyah dan ta’lim. Namun bukan berarti ada kompartementalisasi (pembagian/ pemisahan dalam pelaksanaan) diantara ketiganya.
Sidang Jum’at Rohimakumulloh
Apa dan bagaimana konsep 3-T itu?
Satu: Tilâwah, adalah pembacaan tentang ayat-ayat Tuhan. Ayat-ayat Tuhan ada dua; ayat qouliyyah artinya ucapan/ tulisan yaitu al-Qur’an dan al-Hadits, dan ayat qouniyyah, yaitu ayat dalam bentuk lain. Dan ayat ini pun ada dua; qouniyyah jismâniyah atau wujud materi dan qouniyyah rûhâniyyah atau immateri. Yang bermateri adalah diri kita sebagai alam kecil (micro cosmos, ‘alam shagîr) dan alam dunia fisika (macro cosmos, ‘alam kabîr). Ayat qouniyyah rûhâniyyah adalah para Malaikat, Jin yang di dalamnya komunitas Iblis. Semua ini harus dibaca melalui pikir yang bertafakkur dan ditegaskan semuanya sebagai tanda atau dalil yang menunjukkan adanya Dzat wâjib al-wujûd, yaitu Allah Swt. Tentulah semuanya tahu bahwa disiplin ilmu yang concern pada masalah ini adalah ilmu Tauhid, Ushuluddin, ‘Aqidah, ilmu Kalam, atau Theologi Islam. Wacana kajian ini adalah RUKUN IMAN. (lihat kitab atau buku-buku Tauhid).
Dengan Tilâwah ini seorang mu’min mengetahui Allah, tetapi belum menuju dan Mengenal. Þ Sisi Intelektual atau KOGNITIF (Alam pikiran/ Rûh).
Dua: Tazkiyyah, artinya proses penyucian. Yang dimaksud adalah penyucian jiwa atau tazkiyyatun-nafs. Yaitu penyucian jiwa dari sifat-sifat yang tercela (dzamîmah) sebagai najis ma’nawi yang akan menghalangi taqarrub kepada Allah. Kemudian mengisinya dengan sifat-sifat terpuji yang akan membawanya kepada kebeningan hati sehingga terpancarlah dari jiwanya (qalb) nur tajalli. Al-Ghazali menyebut ini sebagai proses 3-Ta yaitu takhalli, tahalli dan tajalli (lihat kitabnya, Ihya ‘Ulumuddin).
Dan metode penyucian ini adalah dengan memperbanyak dzikrullah, baik di lisan (jahr) dan terutama dalam hati (khofi), yaitu dzikir yang tidak terikat ruang-waktu sebagaimana yang diperintahkan Allah dalam Al-A’raf ayat 205) dan sebagai perwujudan misi penciptaannya yang hanya untuk bertauhid/ ma’rifat sepanjang hidupnya sebagaimana yang ditunjukkan dalam ad-Dzâriyât ayat 56. Dan dzikir lisan yang dipilihnya adalah dzikir LÂILÂHAILLALLÔH sebagai puncak dari cabang Iman yang tujuh puluh, berdasar pada hadits Nabi:
الإيمانُ بِضْعٌ وَسَـْبعُوْنَ شُعْـبَةً فَأَفْـضَلُهَا قَوْلُ لآالـه الاّ الله وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الْأَذَى عَنِ الـطَّرِيْقِ
Sidang Jum’at Rohimakumulloh.
Dalam proses tazkiyyah ini, sang mu’min dibakar dengan api mujâhadah di atas tungku muqârabah secara istiqômah-mudâwamah agar sampai pada kematangan diri dan kembali ke bumi yang suci, bumi Ilahi. Sebagaimana segala sesuatu yang telah matang akan kembali ke asalnya. Nasi yang yang berasal dari padi yang ditanam di tanah, ketika telah matang dan dimakan ia akan kembali ke tanah, baik yang melalui pencernaan maupun yang jatuh berceceran langsung di tanah.
Darimana kita mendapatkan tazkiyyah ini? Maka disiplin ilmu yang concern pada masalah ini adalah ilmu Tasawwuf, disebut juga ilmu Akhlak atau Wara’. Doktrinya adalah IHSAN. (Silahkan baca buku atau kitab-kitab Tasawuf, seperti Miftâh as-Shudûr, Sirr Al-Asrâr, Al-Ghunyah, Al-Mukhtashar fî ‘Ulûmiddîn, Tanwîr al-Qulûb, Jami’ al-Ushûl fî al-Auliya, al-Anwâr al-Qudsiyyah, Awârif al-Ma’ârif, al-Hikam dan penjelasannya Ĭqâdz al-Himam, Kifâyat al-Atqiyâ wa Minhâjul Ashfiyâ, Ihyâ ‘Ulûmuddîn, Fath ar-Rabbânî, Safînat al-Qâdiriyyah, Tasawuf Jantungnya Islam, Cahaya Tasawuf, Dzikir itu Nikmat, Reformasi Tasawuf, Jejak-jejak Para Wali Allah, Keindahan Asma Allah, Tasawuf Aktual, Taswuf Modern, dan lain sebagainya yang tidak sulit didapatkannya).
Di sini si mu’min MENUJU & MENGENAL TUHAN-nya. Þ yang aktifnya adalah sisi AFEKTIF-nya, yaitu sirr atau rasa.
Ketiga: Ta’lim, yaitu pengajaran. Apa yang diajarkan? Itulah ajaran Islam Kâffah yang wacananya disebut Tiga Ajaran Jibril (Taji), yaitu Islam, Iman dan Ihsan. Kita tahu semua ajaran Islam itu dari proses ta’lim ini. Tetapi di sini hanya sebatas konseptual, wawasan, tulisan dan ucapan atau syari’at. Nabi bersabda, “Syari’at itu ucapan, tarekat adalah perbuatan, hakikat itu keadaan (diri), dan ma’rifat itu modal pokok” (Syekh Ahmad al-Kamsyakhonawi dalam kitabnya Jami’ al-Ushûl fî al-Auliya: 43, Syekh Ahmad Shohibul Wafa Tajul Arifin, dalam kitabnya Miftâh as-Shudûr, 1970:34).
Disiplin ilmu syariat adalah Fiqih, Ushul Fiqih, Tarikh Tasyri’ dan sebagainya. Doktrinnya adalah RUKUN ISLAM.
Þ dengan ini, si mu’min diisi dan diasah Intelektual atau KOGNITIF–nya. Dan objeknya adalah Jismani.
Sidang Jum’at Rohimakumulloh
Maka Islam kâffah adalah Islam yang membawa dan memancarkan tiga risalah atau tiga misi Rasul yang terwujud dalam konsepsi doktrinial Islam, Iman dan Ihsan untuk tiga piranti dasar manusia, yaitu Jismani, Ruhani dan Sirri. Sehingga, ibarat “bedog manjing warangka (golok masuk ke sarungnya)”, antara ajaran dan sasaran sangat cocok, proporsional dan efektif atau tepat guna, maka terpenuhilah kebutuhan azasi manusia sebagai makhluk dua alam, alam dunia (ardl) dan alam Perintah Tuhan (‘âlam al-amr).
Diskusi di atas membawa pada satu kesimpulan bahwa Islam kâffah itu mengintegrasikan atau menyatukan atau mentauhidkan tiga pesan (3-Te); Tilâwah, Tazkiyyah dan Ta’lîm yang wujud ajarannya disimpulkan dalam Tiga Ajaran Jibril (Taji), yaitu Islam, Iman dan Ihsan. “Semua ini awalnya disebut syari’at lalu kemudian berkembang menjadi ilmu Tauhid, Tasawuf dan Fikih.” Demikian kata Tuan Syekh Abdul Qodir dalam al-Mukhtashor fii ‘uluumiddin. Sasaran yang tiga ini adalah apa yang menjadi tiga piranti dasar manusia sebagai subjek dan objek dakwahnya sendiri, yaitu jismani, ruhani dan sirri. Inilah pesan dakwah Islam yang pokok dan utama. Siapa pun yang mendakwahkan ajaran Islam tidak boleh keluar dari yang tiga ini, tidak boleh mengurangi maupun menambah. Jika itu dilakukan, penyimpangan dan penyesatan namanya.
Namun, sekali lagi, “bukan berarti bahwa di antara ketiganya ada kompartementalilsasi atau pemisahan, di mana antara yang satu dengan yang lain saling atau bisa berdiri sendiri. Ketiganya terjalin secara bersamaan dan yak dapat dipisahkan, di mana nilai-nilai perwujudannya saling berkelindan yang terakumulasi dalam konsep dasar amal shalih dan segi kemaslahatan. Di sinilah Ihsan menjadi kunci keagamaan, yang kemudian terelaborasi ke dalam praktek sufisme.” Demikian jelas Muhammad Sholikhin dalam bukunya “Tasawuf Aktual : Menuju Insan Kamil” (2004:35-36).
Akhirnya semoga Allah Swt memberikan jalan petunjuk-Nya kepada kita semua sehingga kita mampu memahami, mengamalkan dan mengamankan Islam Kaffah dalam diri kita semua. Amin.
بَارَكَ اللهُ لِى وَلَكُمْ بِالآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمْ وَتَقَــبَّلَ مِنّىِ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ, إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيمْ. وَقُلْ رَّبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْن.
Penulis: M. Acep A. Rijalulloh, M.Ag. (Divisi Litbang LDTQN Suryalaya)