Ketika Kambing Jadi Rezeki Berlimpah

Tak semua kebaikan langsung dibalas, tapi yakinlah—di waktu terbaik, Allah membukakan pintu rezeki dari arah yang tak disangka.
Salah satu amal saleh yang sangat dianjurkan dalam Islam adalah sedekah. Kata shadaqah berasal dari bahasa Arab yang berakar dari sidiq, yang berarti kebenaran. Ini menunjukkan bahwa sedekah adalah manifestasi dari keimanan yang tulus. Dalam aturan BAZNAS No. 2 Tahun 2016, sedekah adalah pemberian—baik berupa harta maupun non-harta, yang bukan termasuk zakat—yang diberikan demi kemaslahatan bersama.
Allah SWT menjanjikan ganjaran berlipat ganda bagi orang yang bersedekah. Dalam QS. Al-Baqarah ayat 261, Allah berfirman:
مَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ اَنْۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِيْ كُلِّ سُنْۢبُلَةٍ مِّائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللّٰهُ يُضٰعِفُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ ۗوَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ
Artinya:
“Perumpamaan orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah adalah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh bulir; pada tiap bulir terdapat seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas lagi Maha Mengetahui.”
Rasulullah SAW juga bersabda:
“Setiap persendian manusia memiliki kewajiban sedekah setiap hari. Salat adalah sedekah, puasa adalah sedekah, bahkan hubungan suami istri pun bernilai sedekah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Namun, sering kali kita mendapati bahwa balasan dari sedekah tidak langsung hadir. Kita pun mulai bertanya-tanya: apakah Allah menunda? Apakah janji-Nya tidak nyata? Dalam konteks inilah pentingnya memahami bahwa balasan Allah tidak selalu tampak seketika. Bisa jadi ditunda, disimpan, atau bahkan digandakan jauh di masa yang belum kita tahu kapan datangnya.
Kisah Nenek dan Kambing yang Membawa Keberkahan
Alkisah, dua cucu Rasulullah SAW, yaitu Hasan dan Husen, bersama sahabat mereka Abdullah bin Ja’far, melakukan perjalanan ke kota Makkah. Dalam perjalanan panjang itu, mereka kehabisan bekal. Terik matahari membakar tubuh, rasa haus dan lapar tak tertahankan. Di tengah perjalanan, mereka melihat seorang nenek menggiring seekor kambing gemuk. Mereka pun memohon dengan sopan, “Nek, bolehkah kami meminta sedikit air susu dari kambing itu?”
Sang nenek, meski hanya memiliki satu kambing, memerah susunya dan memberikannya. Melihat ketiganya masih kelelahan dan lapar, sang nenek dengan tulus menyembelih kambing satu-satunya, memasaknya, dan menyuguhkannya untuk mereka. Setelah kenyang, mereka pun melanjutkan perjalanan dan tiba di Makkah dengan selamat.
Bertahun-tahun berlalu, hingga suatu hari Hasan melihat kembali sang nenek di Madinah. Ia langsung teringat peristiwa masa lalu itu. Hasan pun memberinya seribu ekor kambing dan seribu dinar sebagai wujud terima kasih. Tak lama, Husen menambah jumlah yang sama. Dan ketika sang nenek bertemu Abdullah bin Ja’far, ia pun menghadiahkan dua ribu kambing dan dua ribu dinar.
Sang nenek terperanjat—kebaikannya yang dahulu sederhana kini berbuah limpahan rezeki yang tak terbayangkan. Inilah bukti nyata bahwa Allah tidak pernah lupa pada amal kebaikan. Balasannya memang tidak selalu datang saat itu juga, tapi pasti akan hadir di waktu terbaik menurut-Nya.
Cermin Nilai Spiritual TQN Suryalaya
Nilai-nilai dalam kisah ini sangat selaras dengan ajaran Tarekat Qodiriyah Naqsyabandiyah (TQN) Suryalaya.
Keikhlasan (Ikhlas Billah)
Nenek tersebut memberi dengan sepenuh hati, tanpa perhitungan, tanpa syarat. Ini mencerminkan keikhlasan yang menjadi inti dari amalan dalam TQN—amal yang dilakukan bukan untuk mencari dunia, tapi untuk mencari ridha Allah.
Tawakal dan Husnudzan
Ia menyerahkan semuanya kepada Allah. Meski ia kehilangan satu-satunya kambing, ia tidak takut kekurangan. Dalam TQN, ini disebut tawakal murni, percaya bahwa rezeki datang dari Allah, bukan dari makhluk.
Amal Shaleh sebagai Jalan Menuju Ma’rifat
Dalam pendidikan ruhani TQN, amal baik bukan hanya urusan pahala, tapi juga jalan menuju ma’rifatullah—mengenal Allah dengan kedekatan batin. Kebaikan yang sederhana, jika dilakukan dengan ikhlas dan istiqamah, bisa menjadi wasilah kedekatan dengan Allah.
Pendidikan Karakter Melalui Keteladanan
Cerita ini mencerminkan metode tarbiyah ruhaniyah ala TQN Suryalaya; mendidik jiwa melalui teladan. Kebaikan nenek itu menjadi contoh nyata bagaimana ketulusan mampu menciptakan perubahan besar, bahkan menggetarkan hati para cucu Rasulullah.
Maka, jika hari ini kita merasa belum melihat buah dari kebaikan yang kita tanam, tetaplah yakin bahwa Allah tidak pernah alpa. Setiap kebaikan, sekecil apa pun, akan dibalas. Mungkin tidak sekarang, tapi pasti. Itulah jaminan dari Tuhan yang Mahaadil.
Jangan pernah ragu untuk berbuat baik. Karena seperti kambing satu-satunya dalam kisah sang nenek, bisa jadi itu menjadi pintu rezeki berlimpah yang disiapkan Allah di waktu yang paling tepat.
Wallahu a’lam bishawab.