Cakrawala Tasawuf

Keagungan Nishfu Sya’ban

Alhamdulillah nikmat luar biasa yang selalu diberikan Allah Swt kepada hamba-Nya. Saat ini kita sudah berada di bulan Sya’ban, bulan mulia yang didalamnya terdapat amaliah mulia.

Bulan Sya’ban adalah bulan yang utama. Inilah diantara keutamaan bulan Sya’ban:

Pertama, Bulan pergantian buku catatan amal. Rasulullah menjelaskan alasannya,”Bulan Sya’ban adalah bulan antara Rajab dan Ramadhan, bulan yang dilupakan manusia. Bulan tersebut adalah bulan dinaikkannya berbagai amalan kepada Allah, Rabb semesta alam. Oleh karena itu, aku amatlah suka untuk berpuasa ketika amalanku dinaikkan.” (HR. An-Nasai. Menurut Al-Hafidz Abu Thahir hadits ini hasan).

Kedua, pada malam nishfu sya’ban (pertengahan bulan Sya’ban) ada banyak pengampunan terhadap dosa.

Dari Mu’adz bin Jabal ra, Rasulullah saw bersabda, ”Allah mendatangi seluruh makhluk-Nya pada malam nishfu sya’ban. Dia pun mengampuni seluruh makhluk kecuali orang musyrik dan orang yang bermusuhan.” (HR. Ibnu Hibban dalam shahihnya. Hadits ini shahih menurut penilaian Imam Ibnu Hibban).

Maka hendaknya memperbanyak membaca istighfar pada malam tsb. Sayyid Muhammad bin Alawi di dalam Kitab Madza fi Sya’ban berkata, ”Istighfar merupakan amalan utama yang harus dibiasakan orang Islam, terutama pada waktu yang memiliki keutamaan, seperti Sya’ban dan malam nishfu Sya’ban. Istighfar dapat memudahkan rezki, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an dan hadits. Pada Bulan Sya’ban pula dosa diampuni, kesulitan dimudahkan dan kesedihan dihilangkan.”

Ketiga, Bulan Sya’ban merupakan bulan Al-Qur’an. Dahulu Bulan Sya’ban disebut sebagai bulan membaca Al-Qur’an. Amr bin Qais ketika memasuki Bulan Sya’ban, beliau menutup tokonya dan lebih menyibukkan diri dengan Al-Qur’an. Abu Bakar Al-Balkhi berkata, ”Bulan Rajab saatnya menanam. Bulan Sya’ban saatnya menyiram tanaman dan Bulan Ramadhan saatnya memanen.

Baca Juga  Mengintip jejak sang Guru Agung di Leiden

Sayyid Muhammad menulis ,”seorang muslim hendaknya memanfaatkan waktu yang berkah dan utama, khususnya nishfu Sya’ban dan malam nishfu Sya’ban dengan memperbanyak berbuat baik di dalamnya.” Sangat dianjurkan untuk meramaikan malam nishfu Sya’ban dengan cara memperbanyak ibadah, shalat, dzikir, membaca Al-Qur’an, berdoa dan amal-amal shaleh lainnya.

Keempat, Bulan memperbanyak puasa. Bagi yang masih belum membayar hutang puasa di Bulan Ramadhan, maka hendaknya mengqodhonya di Bulan Sya’ban. Dari Abu Salamah ra, ia mendengar ‘Aisyah ra mengatakan, ”Aku masih memiliki utang puasa Ramadhan dan aku tidak dapat mengqodhonya, kecuali di Bulan Sya’ban.”

Yahya (salah satu perawi hadits) berkata bahwa hal ini dilakukan ‘Aisyah karena beliau sibuk mengurus Nabi saw (HR. Bukhari dan Muslim). Di samping itu, Nabi saw lebih sering puasa sunah di Bulan Sya’ban dibandingkan pada bulan lainnya (HR. Bukhari).

Kelima, malam nishfu Sya’ban adalah malam ijabah (malam pengabulan doa).

Dalam hadits Aisyah disebutkan, ”Suatu malam Rasulullah shalat, kemudian Beliau bersujud panjang, sehingga aku menyangka bahwa Rasulullah telah diambil (ruhnya). Karena curiga, maka aku gerakkan telunjuk Beliau dan ternyata masih bergerak.  Setelah Rasulullah saw usai shalat Beliau bersabda,”Hai ‘Aisyah engkau tidak dapat bagian?”. Aku menjawab,”Tidak ya Rasulullah, aku hanya berpikiran yang tidak-tidak (menyangka Rasulullah telah tiada) Karena engkau bersujud begitu lama.” Lalu Beliau bertanya,”Tahukah engkau, malam apa sekarang ini?.” “Rasulullah lebih tahu,” jawabku. “Malam ini adalah malam nishfu Sya’ban, Allah mengawasi hamba-Nya pada malam ini, maka ia memaafkan mereka yang meminta ampunan, memberi kasih sayang mereka yang meminta kasih sayang dan menyingkirkan orang-orang yang dengki.” (HR. Baihaqi).

Baca Juga  Tafakur dalam kitab Nashaih Al-'Ibad

Dalam hadits Ali, Rasulullah bersabda, ”Malam nishfu Sya’ban, maka hidupkanlah dengan shalat dan puasalah pada siang harinya. Sesungguhnya Allah turun ke langit dunia pada malam itu, lalu Allah bersabda,”Orang yang meminta ampunan akan Aku ampuni, orang yang meminta rezki akan Aku beri rezki, orang-orang yang mendapatkan cobaan maka aku bebaskan hingga fajar menyingsing.” (HR. Ibnu Majah).

Doa apapun yang baik dapat dibaca di malam nishfu Sya’ban. Sayyid Muhammad mencontohkan doa Nabi Adam as.  Ketika Nabi Adam as diturunkan ke bumi, dia langsung melakukan thawaf di Ka’bah selama 7 hari berturut-turut lalu berdoa di lokasi yang kini tepat berada di belakang makam Ibrahim. Beliau berdoa yang artinya, ”Ya Allah, sesungguhnya Engkau mengetahui rahasia dan terang-teranganku, maka terimalah alasanku. Engkau mengetahui hajatku, maka kabulkanlah permohonanku, Engkau mengetahui apa yang ada dalam jiwaku, maka ampunilah dosaku. Ya Allah, aku mohon padamu keyakinan yang membahagiakan hatiku, keyakinan yang benar sehingga aku mengetahui bahwasanya tidaklah menimpaku, melainkan sesuatu yang telah Kau catat untukku dan ridhai Aku dengan qadha-Mu.

Setelah berdoa, Allah menurunkan wahyu kepada Adam, ”Wahai Adam, engkau berdoa dengan untaian doa yang akan Aku kabulkan dan tidaklah satupun dari keturunanmu yang berdoa dengan doa itu, kecuali akan Aku kabulkan, Aku ampuni dosanya, Aku hilangkan kesulitan dan kesedihannya, dan dunia akan menghampirinya, meski ia tidak menginginkannya.

Keenam, malam nishfu Sya’ban adalah malam untuk melakukan shalat khair.

Dalam Kitab Al-Ghunyah yang disusun oleh Syekh Abdul Qodir Jailani qs diajarkan tentang shalat di malam nishfu Sya’ban. Niatnya shalat sunah nishfu Sya’ban. Disebut shalat khair artinya baik, karena kebaikan shalat tersebut banyak keutamaan dan pahalanya besar. Disebut juga shalat lailatul baro’ah artinya malam pembebasan, karena kita dibebaskan dari dosa-dosa sebab telah mendapat ampunan dari Allah swt.

Baca Juga  Mengatasi Stres, Depresi, dan Kecemasan Melalui Pendekatan Tasawuf

Riwayat haditsnya dari Ibnu Abbas ra. Sholatnya 100 raka’at dengan salam setiap dua raka’at dan setiap rakaatnya membaca Surat Al-Ikhlas 10 x. Dilakukan setelah ba’da maghrib secara berjama’ah.

Kitab lain yang menjelaskan shalat nishfu Sya’ban ialah Kitab Khozinah Al-Asror karya Imam Haqqi An-Nazili.         

Cara shalat tersebut didasarkan pada riwayat dari Hasan (cucu Rasulullah saw) berkata, ”Bercerita kepadaku 30 sahabat Rasulullah saw bahwa barangsiapa yang menjalankan shalat nishfu Sya’ban atau shalat khair, maka Allah akan memandangnya dengan 70 pandangan rahmat dimana setiap kali pandangan tsb akan dikabulkan 70 hajat, yang paling ringan ialah ampunan.”

Demikian mudah-mudahan Sya’ban sekarang kita dipenuhi dengan keberkahan dan memasuki Ramadhan setelah mendapat ampunan dari Allah, sehingga ketakwaan kita lebih meningkat lagi di Bulan Ramadhan dan setelahnya.

Bi barkati wa bi karomati Syekh Ahmad Shohibulwafa Tajul ‘Arifin ra Al-Fatihah…….amien.

ROJAYA (Wakil Dekan Fakultas Dakwah IAILM Suryalaya)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button