Cakrawala Tasawuf

Ibu-ibu merupakan ruh bagi suatu Pengajian

Pengajian di majelis taklim/organisasi sebagai ajang silaturrahim, menimba ilmu, bentuk syukur kepada Allah atas nikmatnya dan peneguhan keimanan setiap jamaah. Fluktuasi kadar keimanan seyogyanya dicharging agar ghirah dan ruh kembali bergelora. Sebagai pengemban misi penyebarluasan ajaran Islam yang sesuai dengan Al-qur’an dan Sunnah, pengajian menjadi gerakan dakwah dan pondasi dasar bagi umat Islam. Sehingga kegiatan pengajian menjadi ruh bagi pergerakan kehidupa kemanusiaan di berbagai aspek.

 Pengajian merupakan salah satu bentuk dakwah, dengan kata lain bila dilihat dari segi metodenya yang efektif guna menyebarkan agama Islam, di samping itu pengajian juga merupakan unsur pokok dalam syi’ar dan pengembangan agama Islam. Pengajian merupakan salah satu unsur pokok dalam syiar dan pengembangan agama Islam. Pengajian ini sering juga dinamakan dakwah Islamiyah, karena salah satu upaya dalam dakwah Islamiyah adalah lewat pengajian.

Terlebih bagi ibu-ibu yang merupakan salah satu aspek penting dalam mensukseskan pengajian. Tradisi yang sudah dilakukan sejak zaman dahulu. Tidak heran kalau disetiap pengajian diadakan maka yang memenuhi tempat pengajian adalah golongan ibu-ibu. Pengajian ini diharapkan dapat mewujudkan ajaran-ajaran Islam dalam semua segi kehidupan manusia baik bidang lahiriyah, bathiniyah, fisik material serta mental spiritual, kesejahteraan pribadi dan sosial. Dengan adanya pengajian Ibu-Ibu di desa Pandan Sari ini diharapkan dapat menjadi salah satu satu sarana dalam mengembangkan dan menyiarkan ajaran Islam, terutama pada saat ini.

Dalam suatu pengajian kita dapat melihat dari sudut pandang yang berbeda ternyata sebuah pengajian merupakan susunan tubuh manusia yang lengkap dan  rapih. Tubuh manusia tersusun dari 4 aspek:

Pertama, Ruh (roh) atau dalam bahasa Indonesia sering diucapkan dengan roh seakar kata dengan kata rih yang berarti angin. Oleh karena itu ruh disebut juga dengan an-nafas yaitu nafas atau nyawa. Ruh dalam suatu pengajian adalah kelompok mustami khususnya ibu-ibu sebab mayorias mustami merupakan kaum ibu-ibu. Jadi kaum ibu-ibu adalah nyawa bagi sebuah pengajian.

Baca Juga  Tasawuf: Oasis di Tengah Gurun Kehidupan Modern

Kedua, Jasad adalah tubuh; badan, seperti pada manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan. Ini juga dapat dimaknai dengan sebuah frasa bahwa jasad dalam sebuah pengajian adalah masjid/madrasah tempat berlangsungnya pengajian, dan jasad merupakan wadah bagi ruh.

Ketiga, Otak ini juga bagian penting darianggota tubuh manusia. Fungsi otak untuk menyimpan ilmu pengetahuan dan bertanggung jawab untuk menafsirkan informasi dari dunia luar dan mengendalikan pikiran, ucapan, memori, gerakan, dan menanggapi setiap rangsangan. Otak dalam suatu pengajian adalah Ulama/Ustadz/penceramah yang mempunyai ilmu yang tinggi

Keempat, Hati untuk merasakan senang, sedih dan tempat untuk menerima hidayah dan meningkatkan iman. Sedangkan hati dalam ebuah pengajian adalah suasana yang mendukung akan khidmahnya subuah pengajian.

Akibat Sekularisme

Di mana pola pikir dan sikap seseorang dibentuk untuk melepaskan aturan agama dalam kehidupan. Dalam arti, mereka bebas mau melakukan apa saja. Mereka beranggapan kehidupan dunia adalah hak manusia untuk mengatur sepenuhnya. Karena, yang menjadi tolok ukur kebahagiaan adalah mengumpulkan materi sebanyak-banyaknya atau sesuatu yang memiliki nilai manfaat dan menguntungkan baginya. Ketika pergi ke pengajian dianggap tidak bermanfaat, buang-buang waktu, bahkan melalaikan urusan rumah tangga, maka seseorang tersebut tidak akan mengikuti pengajian dan lebih memilih berdiam diri di rumah.

Seharusnya kaum pembesar mendorong para ibu pergi ke pengajian. Jika perlu ada peraturan yang mewajibkan para ibu untuk ikut pengajian. Sebab, dengan hadirnya mereka ke pengajian akan banyak ilmu yang mereka peroleh, di antaranya tahu bagaimana cara membaca Al-Qur’an dengan benar, memahami kewajiban salat, cara mendidik anak menjadi saleh/salihah, menutup aurat, menjaga lisan, adab bergaul, menghormati orang tua, jual beli tanpa riba, sanksi hukum, dan masih banyak ilmu yang lain.

Baca Juga  MENJAGA ORISINALITAS AMALIYAH

Di kehidupan sekuler hari ini, jika tak berbekal dengan ilmu Islam kaffah seseorang akan menjadi bodoh, rapuh, dan tidak mengerti cara menyelesaikan setiap persoalan yang sedang dihadapinya. Mengerikannya lagi, ketidaktahuan/kebodohan dalam agama akan memunculkan kehinaan bagi individunya di dunia dan akhirat. Pun berbagai kerusakan bisa ditimbulkan di tengah masyarakat.

Kewajiban Belajar Islam

Berbeda dengan kapitalisme sekularisme, Islam justru mendorong dan mewajibkan pemeluknya untuk belajar ilmu agama dan berbagai cabang ilmu lainnya. Islam sejak awal dibawa Rasulullah saw. sangat menekankan kepada pemeluknya untuk belajar dan mengikat diri dengan majelis-majelis ilmu. Sebab, belajar Islam merupakan fardu ain bagi orang beriman. Sebagaimana diriwayatkan hadis Ibnu Majah no.224, Rasulullah saw. menuturkan, 

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

Jika kita menengok sejarah, pengajian yang marak sekarang bukanlah hal yang baru. Di Makkah, masa awal dakwah Rasul saw. sudah ada Darul Arqam. Di tempat ini, majelis ilmu dan pembinaan pertama kali dilaksanakan oleh Rasulullah saw. untuk membimbing dan mengajari para sahabat tentang ilmu tauhid, Al-Qur’an, tsaqafah Islam, berbagai disiplin ilmu, dan kegiatan dakwah. Sehingga, lahirlah para pemuda-pemuda hebat yang berkepribadian Islam, bertakwa, dan tangguh dengan keunggulan potensi masing-masing.

Di majelis Rasulullah saw. telah banyak melahirkan sosok-sosok shahabiyah yang memiliki keutamaan dan layak menjadi panutan bagi para muslimah. Seperti, Aisyah r.a. binti Abu Bakar Ash-Shidiq merupakan ummul mukminin yang terkenal dengan kecerdasannya, memiliki daya ingat yang kuat, sedikitnya 1.210 hadis yang telah diriwayatkannya. Wajarlah jika beliau menjadi rujukan dan tempat bertanya para sahabat. Aisyah juga memiliki keunggulan di berbagai cabang ilmu seperti fikih, syair, dan kesehatan.

Hindun binti Utbah bin Rabi’ah adalah seorang wanita multitalenta yang terkenal pemberani, cerdas, dan kefasihan lisan yang tak diragukan. Beliau selalu menerbitkan ide-ide cemerlang. Selain pandai bersyair, suaranya yang lantang kerap menyemangati kaum muslimin dalam peperangan melawan musuh.

Baca Juga  Komunikasi Politik Pangersa Abah Anom

Asma’ binti Yazid terkenal dengan sikapnya yang kritis, tak pernah gentar, dan mahir dalam berucap. Sehingga, selalu menjadi perwakilan para sahabat dalam bertanya ketika di majelis Rasulullah saw. Seperti, saat ia mengajukan pertanyaan atas keheranannya terkait kaum pria yang lebih utama dalam hal ibadah di masjid, jihad, menyaksikan jenazah, dll. Sedangkan wanita hanya berdiam diri di rumah, mengurus anak, menjaga harta suami, dan seterusnya. Apakah akan mendapat pahala yang sama seperti kaum pria? Begitulah pertanyaan Asma kala itu.

Masyaallah tabarakallah. Sungguh mengagumkan karakter orang yang menyibukkan diri dalam belajar Islam. Di bawah gemblengan Rasulullah saw. lahirlah pribadi-pribadi cemerlang. Mereka bagaikan kilau mutiara yang indah, sekalipun berasal dari lumpur yang hitam.

Semoga kisah kehebatan para shahabiyah dalam menuntut ilmu agama menjadi mood booster bagi wanita muslimah abad kekinian. Sehingga, mereka lebih bersemangat lagi hadir ke pengajian guna belajar Islam kaffah. Kemudian melaksanakan amar makruf nahi mungkar di tengah-tengah umat.

Pada akhirnya, cukuplah kiranya firman Allah SWT QS. Al-Mujadalah ayat 11

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا۟ فِى ٱلْمَجَـٰلِسِ فَٱفْسَحُوا۟ يَفْسَحِ ٱللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ ٱنشُزُوا۟ فَٱنشُزُوا۟ يَرْفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ دَرَجَـٰتٍۢ ۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌۭ ١١

“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, ‘Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis’, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, ‘Berdirilah kamu’, maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Teliti atas apa yang kamu kerjakan.”

Nyanyang D Rahmat (Alumni IAILM Suryalaya)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button