Cakrawala Tasawuf

Wa Ma’ahuma ‘Aunurrohman

Wa ma’ahuma ‘aunurrohman (Bersama dengan dzikir jahar dan khofi ada pertolongan Allah Ar- Rohman), demikian seperempat baris dalam Pasal Penjelasan Dalil Talkin dalam Miftahus Shudur.

Bukankah Kita mencari pertolongan seperti ingin sembuh, dikabul hajat, diberi solusi atas masalah dan sebagainya? Abah Anom ra mengajarkan dzikir jahar dan khofi.

Dzikir jahar adalah dzikir yang paling utama. Dzikir khofi adalah sebaik- baik dzikir yang menjadi sebab Abu Bakar ra menjadi sosok yang diutamakan oleh Rasulullah saw. Abu Bakar menjadi utama bukan karena banyak puasanya, juga bukan karena banyak shalatnya, tetapi karena dawam dzikir khofinya.

Amalan lain utama. Namun dzikir paling utama. Misalkan orang ingin menjual rumah ada amalan membaca doa Nabi Yunus 1000 x sehari. Saat tidak terjual, doa tersebut disalahkan, tidak manjur. Saat dikabulkan, doanya langsung dihentikan karena tujuannya sudah tercapai.

Berbeda dengan membaca dzikir jahar dan khofi. Tujuannya ialah Allah dan ridha- Nya. Permohonannya ialah mahabbah dan makrifat pada Allah. Saat belum atau tidak dikabul, maka bertawakal. Saat dikabul, bersyukur.

Jangan meragukan dzikir jahar dan khofi. Abah Anom ra dalam Miftahus Shudur mencantumkan ungkapan,”Wa Ma’ahuma ‘aunurrohman.” (Bersama dengan dzikir jahar dan khofi ada pertolongan Allah Maha Pengasih). Ini semacam garansi dari seorang Mursyid.

Bila Kita belum mendapat pertolongan Allah, mari dilatih dzikir jahar dan khofi. Dzikir jahar dibaca lebih banyak lebih baik. Dzikir khofi dilatih menyertai pada saat membaca dzikir jahar, khotaman dan saat melantunkan bacaan- bacaan lainnya. Dilatih saat berjalan, duduk, bahkan ketika berbicara dengan sesama agar qolbu kita merasakan dzikir khofi. Kita berupaya melatih dzikir khofi sampai Allah menolong sehingga Kita selalu dzikir khofi tanpa harus meniatkannya. Justru dzikir khofi yang dikirim oleh Allah untuk mengingatkan kita. Insya Allah jika dzikir jahar dan dzikir khofi didawamkan, maka pertolongan Allah tidak perlu diminta. Karena pertolongan- Nya bersama dua dzikir tersebut.

Baca Juga  PUASA DALAM PANDANGAN SYEKH ABDUL QODIR AL-JAILANI Q.S.

Bila dzikir khofi padam dari qolbu dan tidak dilatih, maka pertolongan Allah harus dipanggil dengan jeritan keras. Bila dzikir jahar yang sudah ditalkinkan ditinggalkan dan tidak dilatih, maka kita kehilangan ajron ‘adzima, al- fauz al- ‘adzim dan jauh dari ‘aunur rohman (pertolongan Allah). Mari Kita baca, renungkan dan amalkan tulisan Syekh Ahmad Shohibulwafa Tajul ‘Arifin ra dalam Miftahus Shudur,”Wa Ma’ahuma ‘aunurrohman.”

(Rojaya, Ketua Divisi Kajian dan Literasi Tasawuf DPP LDTQN Pondok Pesantren Suryalaya)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button