Sabar
Bismillaahirrohmaanirroohiim.
Kita selalu meminta kepada Alloh agar diberikan umur yang panjang. Namun jangan sampai salah arti. Do’a tersebut dipanjatkan bukan agar umur kita ditambahkan dari ketetapan Alloh, namun maksudnya adalah agar kebaikan kita terus dipanjangkan oleh Alloh.
Mari kita lihat Nabi Muhammad Saw., walaupun secara lahir beliau sudah tidak ada lagi, namun kebaikannya, kesolehannya terus harum dikenang oleh sluruh manusia di bumi ini.
Berdasarkan Hadits, bahwa setiap manusia sebelum genap empat bulan, sudah ditetapkan oleh Alloh beberapa hal, diantaranya:
- Berapa lama umurnya didunia,
- Kebaikan dan keburukannya,
- Seberapa besar rizkinya,
- Pintar atau bodo.
Itu semua sudah ditetapkan sejak dulu.
Sebagai contoh, ada orang yang meminta dipanjangan umurnya. Lalu ada yang bertanya, bagaimana umur tersebut bisa bertambah? Padahal umur itu sudah ditentukan. Terus kadang ada orag yang sudah meninggal tiba-tiba hidup lagi. Jangan heran, sebab ada Mukjizat atau Karomah. Dengan maksud agar manusia mengetahui, bahwa Mukjizat dan Karomah itu ada.
Jadi, sebenarnya umur itu tidak ada yang bertambah, namun justru berkurang. Setiap menit, jam, umur itu berkurang. Setiap hembusan nafas, umur itu terus berkurang sampai maut tiba.
Oleh karena itu, jangan pernah ‘goflah’ dalam setiap hembusan nafas. Isi dengan terus dzikir kepada Alloh. Isi! Isi! Sebab satu menit saja lupa kepada Alloh, itu artina satu menit diri kita ada dalam kegaflahan.
Firman Alloh dalam Surat Asy-Syu’ara: Apabila hari kiamat tiba, tidak ada yan gbermanfaat sedikitpun kecuali orang-orang yang berserah diri kepada Alloh dan membawa hati yang bersih.
Jadi syaratnya adalah senantiasa dzikir kepada Alloh. Berdzikir artinya berserah diri kepada Alloh serta tunduk kepada-Nya.
Lalu, bagaimana dengan diri kita?
Mungkin kebanyakan dari kita, termasuk Abah, dalam hidup justru lebih banyak lupa daripada ingat kepada Alloh. Padahal dalam surat Al-Ashri telah dijelaskan bahwa kita sudah berada di waktu Ashar. Akhir zaman. Rugi bagi kita bila sudah memasuki waktu Ashar, sebab tenaga sudah berkurang, mau bekerja sudah tidak ada lagi yan gakan memberi upah, dan memang sudah bukan waktunya lagi untuk bekerja. Oleh karenanya, mari kita bekerja sejak pagi, jangan sampai waktu ashar tiba baru mulai bekerja.
Lalu siapa yang tidak rugi? Mereka adalah yang bisa bersabar. Ketika dia sedang kaya raya, sabar. Ketika susah dan rugi, sabar. Dapat masalah yang bertui-tubi, dia tetap sabar. Tidak pernah marah-marah, tidak emosi, sebab hakikatnya dia tidak pernah merasa rugi, karena terus berdzikir kepada Alloh Swt.
Jangan malah sebaliknya, musim kemarau minta-minta hujan. Musim hujan, minta kemarau. “ini padahal mau berangkat manakib, kenapa hujan teru?” gerutunya.
Orang tua mengajarkan kepada kita agar bisa menjadi manusia yang lemah lembut, berakhlak utama. Kita harus bisa menjadi manusia yang lemah lembut karena perintah Alloh “Wadzkur robbaka fii nafsika; ingatlah Alloh dalam jiwa kalian. Dalam latifah yan gkamu miliki. Sebab setan menggoda manusia sampai ke latifah-latifah tersebut. Masuk ke pori-pori darah, masuk ke latifah yang tujuh. Masuk lebih cerdik daripada semut.
Bagaimana cara mengusir setan tersebut?
Gunakan lah dzikir Jahar dengan ikhlas dan tidak ragu-ragu. Seperti memukul paku dengan tangan, maka tidak akan masuk, tapi bila dipukul menggunakan martil dan dengan kekuatan yang maksimal, maka paku tersebut pasti akan tertancap kuat.
Dzikir Jahar itu wasilah untuk bisa mengantarkan dzikir Khofi. Agar rasa kita terus diisi dengan mengingat Alloh Swt. Sehingga semua godaan syetan yang datang bisa kita hindari.
Semoga kita bisa mengamalkannya sehingga mendapatkan hasil yang maksimal untuk kepentingan Bangsa dan Negara. Aamiin.
Ditulis ulang oleh Dudin Samsudin dari buku 20 Wejangan Guru Mursyid