Kuliah Subuh Pangersa Abah Anom bulan Syawal 1411 H.
Assalamualikum Warohmatulloohi wabarokaatuh
Hadirin kaum muslimin yang dimulyakan Allah, berkaitan dengan lebaran puasa, Abah berharap kepada semua semoga bersedia memaafkan atas kesalahan Abah pribadi, lahir bathin, minal ’aaidin walfaaizin, Semoga bersediamemaafkan atas segala kealpaan. Baginda Nabi menganjurkan:
تَصَافَحُوْا حَتَّى يَذْهَبَ الْغِلُّ عَنْ قُلُوْبِكُمْ
Saling bersalamanlah, saling memaafkanlah, sehingga hilang sifat gil, sifat dengki, sifat dendam dari dalam hatimu
Jadi, jangan sampai bersalaman itu hanya sekedar dilakukan dengan kedua tangan, sementara hatinya tak kunjung sembuh. Nah. Jangan begitu! Hingga hilang sifat-sifat dengki iri, benci, dendam. Karena itu dalam bersalaman pun perlu tertib, maksud hati terkadang jadi buruk.
Jangan rusuh, jangan tergesa-gesa. Bukankah rusuh itu ajakan sétan:
اَلْعَجَلُ مِنَ الشَّيْطَانِ وَالتَّأَنِى مِنَ الرَّحْمٰنِ
Tergesa-gesa itu ajakan sétan, hasrat sétan, keinginan sétan. Terburu-buru, tergesa-gesa dalam bersalaman. Sementara tertib dari Tuhan.
Jadi dalam rangka saling memaafkan pun perlu tertib. Yang dimaksud menghilangkan dengki, iri, benci dan dendam.
Jangan hanya menjadi pemeo saja, disesuaikan dengan arti idul fitri, kembali kepada kefitrahan. Agar bersih jangan ada kesal, benci, sebal, mudah tersinggung, mudah marah. Bersihkan lagi karena asalnya pun bersih. Sabda Nabi “setiap yang dilahirkan itu bersih”.
Nah kita itu termasuk ke situ. Bila ada bekas dengki, kesal, bersihkan lagi! Bila ada bekas berburuk sangka, suudzon, mudah tersinggung, mudah marah, bersihkan lagi! Tetapi bukan hanya setahun sekali, saat lebaran baru bersalaman, Bukan !!. Seharusnya, setiap saat.
Hilangkan sifat-sifat buruk itu, sebab menjadi penghalang terbukanya pintu kebahagiaan, terbukanya kesejahtraan dunia akhirat. Jadi , bukan dihalangi orang lain, tetapi dihalangi oleh diri kita sendiri. Bila sifat buruk itu dipelihara, menjadikan segala rupa begini gagal begitu gagal, begini susah begitu susah, begini gelap begitu kelam, sebab akibat kita sendiri. Karena itu fitrahkan lagi diri kita seperti asal-muasalnya.
كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُعَلَى الْفِطْرَةِ
Setiap yang dilahirkan itu suci, bersih.
Bila terkotori ? Bersihkan lagi ! Bila terkotori ? Bersihkan lagi! Karena itu dalam agama ada sholat lima waktu, terutama harus berjamaah, melaksanakannya pada waktu yang ditetapkan. Jangan ditunda-tunda supaya kita bersama mendirikan sholatnya:
أَىُّ الأَعْمَالِ أَفْضَلُ Baginda Rasul, apakah amal yang paling bagus? Amal yang paling utama ?
الصَّلاَةُ فِى أَوَّلِ وَقْتِهَا Sholat pada waktunya , Jangan ditunda-tunda.
Apa maksudnya? Di sini hadir bermacam-macam. Ada yang datang dari Utara, dari Selatan, dari Barat, dari Timur, dari Ngarai, dari Lembah. Masuk ke sebuah masjid bersatu, lalu berjama’ah. Usai sholat berjama’ah, berjama’ah dzikir, berjama’ah khataman, bersalaman lagi! Begitu. Diantaranya supaya ada sedikit sifat dengki, sebal, benci, iri, bandel, sombong dalam hati tersingkir lagi.
Jangan dibiarkan agar tumbuh, tetapi dalam melakukannya jangan hendak mengundang sifat-sifat kesal lagi, Hal yang ingin dituju dari bersalaman itu bersih, saling memaafkan, kadang-kadang tersinggung. Tersinggung oleh teman, Kesal lagi, jadi malah tambah salah.
Hadirin yang Mulya.
Sekarang mari kita belajar mumpung masih ada waktu. Menceritakan kisah Nabi Yunus saat ditelan ikan besar. Ia mengalami kesulitan karena tiada jalan keluar. Tetapi Alhamdulillah ditelan ikan yang membawanya ke pesisir, begitu menurut hikayatnya. Itu hal teladan bagi kita sebab pada ayatnya diterangkan:
فَنَادَىٰ فِي الظُّلُمَاتِ أَنْ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ . فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَنَجَّيْنَاهُ مِنَ الْغَمِّ ۚ وَكَذَٰلِكَ نُنِْي الْمُؤْمِنِينَ
Dan ingatlah kisah Zun Nun (Yunus), ketika dia pergi dalam keadaan marah, lalu dia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya, maka dia berdo’a dalam keadaan yang sangat gelap , “Tidak ada tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau, sungguh aku termasuk orang yang zalim. Maka Kami kabulkan (doa) nya dan Kami selamatkan dia dari kedukaan. Dan demikianlah kami menyelamatkan orang-orang yang beriman. (QS Al Anbiya: 87-88)
Allah berfirman, Nabi Yunus menjerit saat terkena musibah. Jeritannya:
أَنْ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ
‘Tidak ada tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau, sungguh aku termasuk orang yang zalim”
Oleh kita hal ini suka dipakai dalam khataman. Penggunaannya oleh Nabi Yunus digunakan dengan cara begitu supaya memperoleh pertolongan Allah. Caranya mari kita ikuti saat pikiran kita tergelapkan, saat mendapatkan kesulitan, saat mengalami kebingungan, saat mengalami kebimbangan, saat mengalami kegoncangan, menjerit.
Jeritannya salurkan kepada Allah, khususkan, seperti yang dilakukan Nabi Yunus:
Yunus:
أَنْ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ
(“Tidak ada tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau “)
Dijeritkan oleh manusa yang sadar merasa
إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ
(“sungguh aku termasuk orang yang zalim”)
Sadar merasa bahwa kita menjadi manusia yang dzalim.
فَاْسْتَجَبْنَا لَهُ
Dikabulkan permintaannya.
Nah begitu juga kita, bila kita ingin doa kita diijabah, dikabulkan, ingin diterima, ingin hasil yang dimaksud meskipun pikiran kita sedang gelap. Artinya saat sedang bingung, sedang bimbang, sedang goncang.
Harus seperti begitu mengagungkan ke hadapan Allah, sambil kita sadar merasa hina, sambil kita sadar merasa salah, sambil kita sadar merasa dzalim, barulah diijabah.
Kita menginginkan dimaafkan dosa oleh Alloh, tetapi hati membandel, berbangga diri, tinggi hati. Takkan diijabah. Harus sadar merasa bahwa kita menjadi manusia yang hina, dzalim.
Hadirin yang Mulya.
Karena disebabkan sekarang fitrah Idul Fitri dalam lebaran puasa ini, untuk pedoman kita, jangan hanya berlaku dalam hari-hari itu saja. Membersihkan hati itu, pada hari keduanya, hari ketiganya, pada bulan Syawalnya, pada bulan Dzulqaidahnya. Pada bulan Dzulhijjahnya.
Seperti tadi saja, Semoga fitrah, Semoga bersih bukan hanya untuk sekali saat lebaran saja bersalaman itu, keesokannya sudah terlibat lagi dalam pertengkaran. Hal itu buruk, tiada jejaknya dalam melancarkan kefitrahan diri kita.
Baginda Nabi memberikan wejangan, Sabdanya:
اِنَّ لِكُلِّ شَيْءٍ صِقَالَةً
Sesungguhnya pada segala ada aya alat pembersihnya. Untuk membersihkan halaman, ada alatnya, untuk membersihkan badan ada alatnya, Untuk membersihkan gigi ada alatnya, untuk membersihkan mata ada alatnya :
وَصِقَالَةُ الْقُلُوْبِ
Sementara untuk membersihkan hati, sabda Nabi:
ذِكْرُاللهِ تَعَالَى
Dzikir, Ingat kepada Allah ta’ala. Ternyata tidak sukar, dzikirnya sudah dimiliki. Kerjakan , tinggal dilakukan saja digunakan, hanya saja harus teliti mengggunakannya. Jangan sampai terkadang saat berdzikir, eh ternyata hati masih terkait dengan memunculkan hal yang tidak benar. Jadi tidak kunjung bersih . Ya kadang-kadang begitu itu lebih berat. Hal yang kotor tetapi tidak dibersihkan , wwajar saja kotor. Akan tetapi hal ini sambil membersihkan sambil mengotori.
Mudah-mudahan Alloh melimpahkan taufik hidayatnya kepada kita semua. Amiiin.
Wassalamualaikum Warohmatulloohi wabarokaatuh
Tulisan ini diambil dari buku “KUMPULAN KULIAH SUBUH SESEPUH PONDOK PESANTREN SURYALAYA” yang disusun oleh Sekretariat Pondok Pesantren Suryalaya.