Nilai-nilai sosial dalam Isra Mi’raj
Ditulis oleh Dr. Muhamad Kodir, M.Si. (Ketua Umum LDTQN Pontren Suryalaya)
Isro Mi’raj adalah sebuah peristiwa besar yang dialami oleh Nabi Muhammad SAW. Disebut peristiwa besar, karena diantaranya dalam peristiwa tersebut Nabi Muhammad SAW mendapatkan banyak petunjuk tentang hikmah dari berbagai hal dan mendapatkan perintah Sholat Fardu 5 waktu yang harus dilaksanakan olehnya dan oleh umatnya sepanjang masa. Banyak para ahli yang telah memberikan pandangan terhadap peristiwa Isro Mi’raj tersebut. Sebagian ada yang mengatakan bahwa didalam peristiwa tersebut terdapat nilai spiritual, nilai ritual dan nilai sosial. Sebagian yang lain menyebutnya mengandung nilai humanisme, liberalisme dan transendentalisme. Kesamaan dari dua pandangan diatas adalah kandungan nilai sosial dari peristiwa Isro Mi’raj tersebut. Tulisan sederhana ini mencoba membahas nilai sosial darinya.
Ciri Nilai Sosial Isro Mi’raj
Nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat mengenai sesuatu apa yang di anggap baik atau apa yang dianggap buruk oleh masyarakat tersebut. Nilai sosial Isro Mi’raj dapat diartikan sebagai penilaian masyarakat tentang Isro Miraj. Atau bisa juga merupakan hikmah positif dari peristiwa Isro Mi’raj bagi kehidupan sosial. Ciri nilai sosial tentang Isro Miraj diantaranya: (1) Nilai sosial Isro Mi’raj bagi masyarakat merupakan hasil dari proses sosialisasi sejak individu lahir. (2) Nilai sosial Isro Mi’raj ditransmisikan melalui pendidikan dan interaksi sosial. (3) Nilai sosial Isro Mi’raj dapat berperan sebagai ukuran tingkat kemanusiawian tindakan seseorang. (4) Nilai sosial Isro Mi’raj tergantung konteks sosial. (5) Nilai sosial Isro Mi’raj yang sama memiliki pengaruh yang berbeda pada tindakan manusia. (6) Nilai sosial Isro Mi’raj memengaruhi perkembangan individu sebagai bagian dari masyarakat.
Fungsi Nilai Sosial Isro Mi’raj
(1) Nilai sosial Isro Mi’raj sebagai pembentuk cara berpikir. Artinya, pengetahuan seseorang tentang makna Isro Mi’raj akan turut mempengaruhi orang tersebut dalam mempersepsi fenomena yang dihadapinya. (2) Nilai sosial Isro Mi’raj akan mempengaruhi motif tindakan sosial. Artinya, perilaku atau tindakan sosial tertentu bagi sebagian kaum muslim bisa didorong oleh pemahamannya tentang Isro Miraj yang relevan. (3) Nilai sosial Isro Mi’raj sebagai tolok ukur perilaku sosial. Artinya, peristiwa yang dialami oleh Nabi dalam Isro Mi’raj terutama yang berkaitan dengan fenomena orang-orang yang menarik perhatian Nabi, akan menjadi tolok ukur untuk menilai perilaku sosial seseorang dan dirinya. (4) Nilai sosial Isro Mi’raj sebagai sumber ideologi. Artinya, ideologi yang dianut sebagian muslim bersumber dari pemahamannya tentang nilai-nilai dalam peristiwa Isro Mi’raj.
Beberapa fungsi nilai sosial Isro Mi’raj yang diulas diatas menunjukkan peran nilai tersebut terhadap pola pikir, perilaku, tindakan, dan ideologi sebagian kaum muslim.
Dampak/Nilai Sosial Sholat
Sholat merupakan kewajiban bagi umat Nabi Muhammad SAW yang diperoleh ketika Nabi Muhammad SAW melaksanakan Isro Mi’raj. Tentang sholat ini, Alloh SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Ankabut:45:
اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلَاةَ ۖ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ ۗ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ
Artinya: “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Dalam ayat tersebut, tampaknya Alloh SWT hendak menegaskan bahwa sholat yang diwajibkan-Nya tersebut sangat besar faidahnya bagi manusia secara individu maupun bagi kehidupan masyarakat pada umumnya (dampak/nilai sosial). Terdapat kalimat yang menarik secara sosial, yaitu: “Sungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar”. Perbuatan keji dan munkar dalam bahasa sosiologi adalah penyimpangan atau patologi sosial. Penyimpangan atau patologi sosial pada hari ini sudah merupakan gejala sosial yang ada dimana-mana, dan merupakan persoalan besar yang dihadapi oleh umat manusia. Kesulitan-kesulitan hidup manusia lebih banyak disebabkan oleh patologi sosial ini. Berbagai teori telah diciptakan oleh para ilmuwan untuk mengatasi patologi sosial yang masif tersebut. Namun hasilnya belum memuaskan.
Dalam konteks ini, Alloh SWT memberikan petunjuk kepada manusia melalui Nabi Muhammad SAW, bahwa jalan keluar dari persoalan patologi sosial diantaranya adalah dengan mendirikan sholat. Cara mendirikan sholat yang dimaksudpun, Alloh SWT telah menjelaskannya pula melalui Nabi. Kata Nabi:”Sholatlah kalian sebagaimana aku sholat”. Sholat yang sesuai dengan cara nabi itulah yang akan dapat mencegah terjadinya patologi sosial. Sebagaimana kita ketahui, Nabi Muhamad melakukan sholat dengan terlebih dahulu menjaga kebersihan dohir dan batin (thoharoh). Dan sholat Nabi penuh dengan dzikir. Hal inilah (menjaga kebersihan dohir batin dan dzikir) yang sekiranya menjadi prasyarat agar sholat dapat memiliki dampak atau nilai sosial yang diharapkan. Artinya, jika sekarang banyak yang sudah bisa mendirikan sholat tapi tidak berdampak terhadap patologi sosial, maka itu sangat mungkin karena sholatnya tidak mengandung dzikir dan kebersihan dohir batin (terutama kebersihan hati). Sehingga dalam konteks menyembuhkan patologi sosial, menjadi sangat penting bagi masyarakat untuk tidak saja mendirikan sholat, tetapi juga menjaga agar sholatnya penuh dengan dzikir dan kebersihan hati.
Dzikir dan kebersihan hati merupakan tema utama dalam salah satu trilogi Islam yaitu Tasawuf. Aspek praktis tasawuf adalah tarekat. Jadi pembahasan tentang sholat yang berisi dzikir dan kebersihan hati menjadi sangat relevan jika dikaitkan dengan tarekat. Artinya, tarekat memiliki peran penting dalam menjadikan sholat sebagai pencegah patologi sosial.
Penutup
Peristiwa Isro Mi’raj Nabi Muhammad SAW penuh dengan kisah dan makna terutama bagi umatnya. Makna-makna ini setiap tahunnya diingatkan kembali oleh para da’i dalam acara peringatan Isro Mi’raj yang diselenggarakan diberbagai wilayah dalam berbagai bentuk acara (rajaban). Diantaranya kaum muslimin diingatkan tentang dirinya yang merupakan makhluk spiritual sekaligus makhluk sosial yang memerlukan ibadah ritual. Hadrotus Syekh Pangersa Abah (Syekh KH. Ahmad Shohibulwafa Tajul ‘Arifin RA) dalam kuliah subuhnya pernah mengingatkan para ikhwan, bahwasannya salah satu hikmah Isro Mi’raj adalah pentingnya berusaha keras untuk mengadakan peningkatan dalam segala hal yang baik (mi’raj diartikan juga naik). Terutama peningkatan dalam amaliyah Tarekat Qodiriyah Naqsyabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya (TQNPPS). Selain itu, mengingat adanya Tanbih yang mengatur kehidupan sosial para ikhwan TQNPPS, maka peningkatan dimaksud juga mengandung arti perlunya para ikhwan TQNPPS untuk meningkatkan atau memperbaiki kualitas dan kuantitas sikap, interaksi dan tindakan sosialnya. Kebaikan-kebaikan sosial yang biasa dilakukan, perlu ditingkatkan terus dari tahun-ketahun. Dan kebaikan-kebaikan sosial yang belum bisa dilakukan tentu perlu segera dilakukan. Namun tentu saja nilai sosial tersebut sangat bergantung pula dari kualitas dzikir. Hal ini karena dzikir merupakan inti dari seluruh ibadah (ritual maupun sosial). Inilah makna atau nilai sosial dari Isro Mi’raj. Wallohu a’lam.