Istiqomah dalam Dakwah, Meneladani Keteladanan Pangersa Abah Anom
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.
(QS. Ali Imron: 110)
Dakwah Tarekat Qodiriyah Naqsyabandiyah (TQN) Suryalaya memiliki peran yang sangat penting karena mengusung nilai-nilai spiritualitas yang mendalam dan mengajarkan keseimbangan antara dunia dan akhirat. TQN Suryalaya, sebagai tarekat zikir, memberikan panduan bagi umat untuk mendekatkan diri kepada Allah melalui jalan yang lebih dalam dan introspektif.
Dakwah yang dilakukan di Suryalaya tidak hanya menyampaikan pengetahuan agama, tetapi juga membimbing umat untuk mengamalkan ajaran tersebut dalam kehidupan sehari-hari, dengan fokus pada ketulusan hati dan kesungguhan dalam beribadah.
TQN Suryalaya juga mengajarkan pentingnya istiqomah dalam berdakwah, yaitu tekad untuk tetap berada di jalan Allah meskipun hasil yang diperoleh tidak selalu sesuai harapan. Prinsip ini mengajarkan umat untuk tidak terjebak dalam pencarian duniawi, tetapi fokus pada pencapaian kedekatan dengan Allah, apapun kondisinya. Selain itu, dakwah TQN Suryalaya mengedepankan keteladanan dalam kehidupan sehari-hari, yang menciptakan lingkungan yang penuh kedamaian, saling menghargai, dan mengedepankan ukhuwah Islamiyah.
Dakwah TQN Suryalaya bukan hanya sekadar menyampaikan ajaran agama, tetapi juga membentuk pribadi yang lebih baik, lebih dekat dengan Allah, dan lebih berdedikasi dalam menjalani kehidupan yang penuh makna.
Bagaimana jika dakwah yang kita jalani tak diikuti banyak orang? Pangersa Abah Abah, Syaikh KH. Ahmad Shohibulwafa Tajul Arifin ra, mursyid TQN Suryalaya menunjukkan jawabannya dengan penuh hikmah, istiqomah, meski harus berjalan sendirian”.
Pada suatu ketika, Pangersa Abah Anom, ditanya oleh seorang ikhwan yang penuh rasa ingin tahu, “Abah, bagaimana jika tidak ada yang mau ikut Abah?” Dengan kebijaksanaan yang mendalam, Abah Anom menjawab, “Abah mah mau sendiri saja.”
Jawaban singkat namun penuh makna ini memberikan petunjuk yang sangat berharga dalam menjalankan dakwah. Satu prinsip yang tak tergoyahkan: istiqomah. Dalam jawabannya, Abah Anom mengajarkan kita untuk tidak bergantung pada banyaknya pengikut atau hasil yang tampak, namun lebih kepada niat dan kesungguhan hati dalam beramal. Beliau mengajarkan bahwa yang terpenting adalah tekad untuk tetap berjalan di jalan kebenaran, meskipun mungkin jalannya terasa sepi dan tidak semua orang mau mengikuti.
Keteguhan hati yang diperlihatkan Abah Anom tidak hanya relevan dalam konteks peribadatan pribadi, tetapi juga dalam dunia dakwah. Seorang mubaligh atau penyampai risalah, apapun tantangannya, harus tetap istiqomah dalam menyampaikan TQN Suryalaya tanpa melihat hasil yang langsung atau banyaknya pengikut. Dalam dakwah, yang penting adalah mengharapkan ridha Allah dan tetap berusaha memberikan yang terbaik, meskipun itu mungkin hanya sedikit yang mendengarkan atau mengikuti.
Sebagai contoh, hal ini juga terlihat dalam pelaksanaan zikir bersama di TQN Suryalaya. Setelah selesai memimpin zikir, imam tidak kembali menghadap ke makmum. Tindakan ini memiliki hikmah yang mendalam terkait dengan esensi dakwah. Para pengikut dan jamaah tidak seharusnya melihat pada sosok pemimpin atau imam sebagai pusat perhatian. Semua fokusnya adalah pada zikir dan perenungan akan kebesaran Allah. Imam, dalam hal ini, lebih mengutamakan hubungan langsung dengan Allah, tanpa perlu memedulikan bahwa dirinya harus kembali menghadap kepada jamaah setelah memimpin.
Sikap tersebut menunjukkan bahwa dalam dakwah, seorang penyampai risalah harus mengutamakan kesendirian dalam beribadah dan menjalani tugasnya, bukan untuk mendapatkan perhatian duniawi. Dakwah yang dilaksanakan dengan ikhlas akan menciptakan kedalaman spiritual yang akan memancar melalui setiap tindakan, baik itu dalam bentuk perkataan maupun perbuatan.
Dalam konteks sejarah Islam, kita juga menemukan contoh nyata betapa sedikitnya umat yang mengikuti dakwah para nabi. Sebagai contoh, Nabi Nuh yang menghabiskan waktu berabad-abad untuk menyeru umatnya, namun hanya sedikit yang menerima risalahnya. Begitu juga dengan Nabi Muhammad SAW, di awal dakwahnya, hanya segelintir orang yang menerima ajaran Islam. Namun, apakah para nabi ini berhenti atau merasa kecewa dengan sedikitnya pengikut? Tentu tidak. Mereka tetap istiqomah dalam menjalankan tugas dakwah yang mulia itu, meskipun tantangannya luar biasa besar.
Dari kedua contoh tersebut, kita diajarkan untuk tidak mengukur keberhasilan dakwah hanya dari jumlah pengikut, tetapi dari kualitas niat dan keteguhan hati untuk tetap menyampaikan kebenaran. Terkadang, hasil yang tampak mungkin tidak sesuai dengan harapan kita, namun kita harus tetap yakin bahwa setiap langkah yang kita ambil di jalan dakwah adalah bagian dari perjalanan menuju ridha Allah.
Istiqomah, Kunci Dakwah yang Sukses
Sebagai mubaligh TQN Suryalaya kita diajak untuk tidak terfokus pada hasil duniawi dalam berdakwah. Kita harus meneladani sikap istiqomah yang ditunjukkan oleh Pangersa Abah Anom, yang mengajarkan kita untuk terus berjalan di jalan Allah, meskipun jalan itu terkadang sepi. Kita harus yakin bahwa setiap amal kebaikan, sekecil apapun, tetap memiliki nilai di hadapan Allah.
Jika dakwah kita hanya diukur dengan jumlah pengikut atau popularitas, maka kita akan mudah kecewa. Namun, jika kita menjadikan istiqomah sebagai pedoman, kita akan menemukan kebahagiaan dan kedamaian sejati dalam setiap langkah yang kita ambil, meskipun itu dilakukan dalam kesendirian.
Mari kita kuatkan tekad dan niat untuk terus berdakwah dengan penuh keikhlasan dan istiqomah, sebagaimana yang telah dicontohkan oleh para nabi dan Pangersa Abah Anom. Dalam dakwah, yang penting bukanlah banyaknya pengikut, melainkan kesungguhan kita dalam menyampaikan kebenaran dan mendekatkan diri kepada Allah. Semoga kita selalu diberi kekuatan untuk istiqomah di jalan-Nya.
Penulis: Nana Suryana, M.Pd. (Ketua II DPP LDTQN Suryalaya)