Cakrawala TasawufManakib

Adab menuntut ilmu dan pelajaran bagi ikhwan

Tafsir Mankobah ke 8

Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim, baik lelaki maupun perempuan. Imam Syafi’i bersyair:

Jika hari telah berlalu dan di hari tersebut aku tidak menambah pengetahuan dan tidak menghasilkan karya, maka apalah arti hidupku.”

Menuntut ilmu hendaknya terus dilakukan setiap hari. Amalan tanpa landasan ilmu, kata Ibnu Ruslan dalam Matan Zubad adalah sia-sia. “Setiap orang yang beramal tanpa ilmu, maka amalnya ditolak, tidak diterima.”

Adapun adab menuntut ilmu yang dapat digali dari mankobah ke-8 ialah:

Pertama, Memohon ijin, ridha dan restu dari orang tua.

Menurut Ajengan Zezen (Alm), orang tua itu ada tiga jenis, yaitu: orang tua biologis (ayah dan ibu kandung), orang tua ilmu (guru) dan orang tua ruhani (Mursyid). Dalam mankobah ini, saat masih kecil dan sedang menggembalakan unta, Syekh Abdul Qodir Jailani qs ditegur bahwa dirinya diciptakan bukan untuk menggembalakan unta. Karenanya ia menceritakan dan mengadu kepada ibunya serta memohon restu dan ijin untuk berangkat ke Baghdad untuk mencari dan belajar ilmu. Setelah mendengarkan dengan seksama dan memahami keinginan putranya, maka ibunya terharu dan dengan rasa syukur dan penuh kebahagiaan memberikan restu dan ijin kepada anaknya untuk berangkat ke Baghdad mencari serta belajar ilmu.

Pelajaran bagi ikhwan yang sedang belajar dzikir dan mengamalkan amaliah Tarekat Qadiriyyah Naqsyabandiyah (TQN) ialah diharapkan menjaga adab kepada Syekh Mursyid sebagai orang tua ruhaninya, berusaha menjalankan ajaran-ajarannya dan berkhidmah kepadanya. Juga berupaya menjaga adab dan berkhidmah kepada ahlul bait (keluarganya), serta mendukung program-program yang dibuat oleh Pondok Pesantren, Yayasan Serba Bakti, LDTQN dan lembaga-lembaga lainnya yang ada di Pondok Pesantren Suryalaya. Insya Allah.

Baca Juga  Mensiasati HOAKS di Era Digital menurut Islam

Kedua, Mendapat bekal dari orang tua.

Dalam mankobah tersebut disebutkan, setelah memberikan ijin dan restu, Ibunya mengambil simpanan uang yang merupakan warisan atau peninggalan dari Ayahanda Beliau. Ibundanya memberikan uang sebanyak 40 dinar kepada Syekh Abdul Qodir Jailani qs. Bekal dari orang tua sangatlah penting, baik berupa materi sebagai tanda keridhaan, maupun bekal doa, karena doa orang tua itu mustajab.

Bagi ikhwan bekal dari orang tua ruhani atau Syekh Mursyid yang paling utama ialah dzikir jahar dan dzikir khofi yang telah ditalqinkan. Kedua amalan tersebut hendaknya dijaga dengan istiqomah. Selain itu, bekal dari Syekh Mursyid ialah amalan mingguan berupa khotaman dan amalan bulanan berupa manakiban yang hendaknya dirutinkan. Riyadhah dan amalan-amalan lain disesuaikan dengan kemampuan dan waktu luang kita.

Ketiga, Mendengar dan mengamalkan wasiat orang tua.

Dalam mankobah tsb disebutkan, selanjutnya Ibu Syekh memberikan pesan agar anaknya senantiasa berbuat benar dalam segala ucapan dan perbuatan. Saat masih kecil dan ditanya perampok apakah dirinya membawa uang, Syekh menjawab dengan jujur bahwa dirinya membawa 40 dinar (mata uang emas) yang dijahit di bawah ketiak baju yang dipakainya. Sejak masa kanak-kanak Syekh menjaga pesan orang tuanya.

Bagi ikhwan, wasiat dari Syekh Mursyid antara lain tanbih, maklumat, kuliah subuh Abah dan kitab-kitab yang disusunnya seperti Miftahus Shudur, Ibadah, Akhlakul karimah, dan ‘Uqudul Jumaan. Wasiat Syekh Mursyid selaku orang tua ruhani, baik yang tertulis maupun yang disampaikan secara lisan hendaknya selalu diingat dan diamalkan, amien.

Keempat, Jujur dalam perkataan dan perbuatan.

Syekh Abdul Qodir Jailani qs sejak kecil bersikap jujur, walaupun pada lahirnya kejujuran tersebut bisa mendatangkan  kerugian bagi dirinya. Tapi Allah maha penolong. Dengan kejujurannya Syekh waktu masih kecil dan sedang berangkat mencari ilmu malah menjadi jalan bertaubatnya kepala rampok dan anak buahnya. Subhanallah.

Baca Juga  Surga rindukan orang berpuasa

Bagi ikhwan hendaknya kita jujur dalam mengamalkan amaliah TQN Pondok Pesantren Suryalaya. Jujur untuk mengevaluasi diri. Dan terus berupaya meningkatkan amaliah sebagaimana dipesankan oleh Syekh Mursyid,”Tingkatkan Amaliah.” Tentu saja meningkatkan amaliah hendaknya dilakukan secara bertahap, dirutinkan dulu amaliah yang sudah mampu dilakukan, lalu bertekad dan berupaya meningkatkannya. Awalnya mungkin berat bagi nafsu sehingga harus dipaksakan, dibiasakan, lalu akan terasa barokahnya, insya Allah.

Kelima, Menjadi jalan kebaikan bagi orang lain.

Dalam mankobah ini disebutkanwaktu kecil saat akan berangkat ke Baghdad untuk belajar ilmu, Syekh Abdul Qodir Jailani qs dan rombongannya dihadang oleh 60 perampok yang berwajah seram dan bersikap bengis. Para perampok tsb menjarah harta dan kekayaan rombongan kafilah tanpa sisa. Saat bertanya kepada Syekh Abdul Qodir yang masih kecil dan menanyakan mempunyai apa. Syekh yang saat itu masih kecil tidak takut sedikitpun. Beliau berjiwa besar, bersikap jujur, sehingga tidak merasa gentar menghadapi segala ancaman, rintangan, gangguan, hambatan maupun ujian. Ia tidak takut kepada siapapun, kecuali Allah. Kejujuran Syekh tidak mendatangkan kerugian bagi dirinya, malah sebaliknya kepala rampok dan anak buahnya tersentuh hatinya dan dengan sukarela bertaubat dan menjadi pengikutnya.

Pelajaran berharga bagi ikhwan, hendaknya selalu bersikap jujur dan terus mengamalkan dzikir, khotaman, manakiban dan riyadhah lainnya dengan mengharap ridha Allah. Insya Allah amalan-amalan tersebut akan mendatangkan keberkahan bukan hanya bagi dirinya, namun juga bagi orang-orang sekitar dan orang-orang yang bergaul dengannya. Dirinya, keluarganya dan masyarakatnya akan diselimuti dengan keberkahan. “Dan bahwasanya jika mereka tetap melalui jalan kebenaran (thoriqot Islam) akan Kami limpahi mereka air hujan yang lebat.” (QS. Jin (72):16). Air sebagai symbol rezki atau karunia dari Allah, baik dzahir maupun batin. Mudah-mudahan kita dapat belajar mengamalkan, merutinkan dan meningkatkan amaliah TQN sesuai dengan kemampuan kita masing-masing, sehingga dilimpahi keberkahan, amien. Bi karomati Syekh Ahmad Shohibul Wafa Tajul ‘Arifin ra, Al-Fatihah

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button