Memaknai Hakikat Kebahagiaan dalam Perspektif Tasawuf
Kebahagiaan, sebuah kata yang begitu sering diucapkan namun sulit untuk didefinisikan secara pasti. Setiap individu memiliki pemahaman yang berbeda tentang apa itu bahagia. Dalam hiruk pikuk kehidupan modern, kebahagiaan seringkali diidentikkan dengan pencapaian materi, status sosial, atau kesenangan sesaat. Namun, tasawuf menawarkan perspektif yang jauh lebih mendalam dan abadi mengenai hakikat kebahagiaan.
Para sufi mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati bukanlah sesuatu yang diperoleh dari luar diri, melainkan dari dalam diri sendiri. Kesenangan duniawi, sekaya apapun, seindah apapun, pada akhirnya bersifat sementara. Ibarat seteguk air di padang pasir, ia hanya mampu menghilangkan dahaga sejenak. Kebahagiaan yang hakiki adalah kebahagiaan yang berasal dari hubungan yang erat dengan Sang Pencipta, yaitu Allah SWT.
Para tokoh sufi memberikan makna yang berbeda tentang kebahagiaan meskupun esensinya sama.
Jalaluddin Rumi: “Jangan mencari kebahagiaan. Jadilah kebahagiaan.” Kutipan ini mengisyaratkan bahwa kebahagiaan bukanlah tujuan akhir, melainkan sebuah keadaan jiwa yang dapat kita wujudkan dalam setiap momen kehidupan.
Al-Ghazali: “Kebahagiaan sejati terletak dalam mengenal Allah dan mencintai-Nya.” Al-Ghazali menekankan bahwa hubungan yang erat dengan Sang Pencipta adalah kunci untuk meraih kebahagiaan sejati.
Ibn Arabi: “Kebahagiaan sejati adalah ketika hati manusia menyatu dengan hati Tuhan.” Ibn Arabi menggambarkan kebahagiaan sebagai pengalaman mistik di mana ego manusia melebur dalam kesatuan dengan Yang Maha Esa.
Abu Said al-Kharraz: “Kebahagiaan adalah ketika engkau tidak lagi menginginkan apapun selain Allah.” Kutipan ini menunjukkan bahwa kebahagiaan sejati dicapai ketika semua keinginan duniawi tergantikan oleh cinta kepada Allah.
Rabi’ah al-Adawiyah: “Aku tidak menyembah-Mu karena takut akan neraka, dan aku tidak menyembah-Mu karena mengharap surga. Aku menyembah-Mu karena Engkau adalah Tuhanku, dan aku mencintaimu.” Rabi’ah mengungkapkan bahwa cinta kepada Allah adalah motivasi utama dalam ibadah dan pencarian kebahagiaan.
Tasawuf mengajarkan bahwa jalan menuju kebahagiaan adalah sebuah perjalanan spiritual yang panjang dan penuh tantangan. Perjalanan ini melibatkan upaya untuk membersihkan hati dari sifat-sifat tercela seperti kesombongan, iri hati, dan dengki. Dengan membersihkan hati, seseorang akan semakin dekat dengan Allah SWT dan merasakan kedamaian batin yang sejati.
Untuk mencapai kebahagiaan yang hakiki, para sufi menganjurkan berbagai macam latihan spiritual, seperti:
- Zikir: Mengulang-ulang nama Allah SWT dengan penuh kesadaran.
- Tadabbur: Merenungkan ayat-ayat Al-Qur’an dan tanda-tanda kebesaran Allah SWT di alam semesta.
- Muhasabah: Menilai diri sendiri secara jujur dan terus-menerus memperbaiki diri.
- Tasawwuf: Mengamalkan ajaran-ajaran para sufi dalam kehidupan sehari-hari.
Kebahagiaan yang diperoleh melalui jalan spiritual adalah kebahagiaan yang berkelanjutan dan tidak tergoyahkan oleh goncangan hidup. Kebahagiaan ini hadir dalam bentuk ketenangan hati, kepuasan jiwa, dan rasa syukur yang tak terhingga.
Kesimpulan
Tasawuf menawarkan sebuah perspektif yang unik dan menarik tentang kebahagiaan. Dengan memahami hakikat kebahagiaan dan menjalankan latihan-latihan spiritual, kita dapat menemukan kedamaian batin dan kebahagiaan sejati yang tidak akan pernah sirna.
Ditulis oleh: Oyib Sulaeman (Dosen Tetap Prodi PGMI IAILM Suryalaya, Pemerhati Pendidikan dan Kesehatan Mental).