Khutbah

Khutbah Jumat; Mengenal Hasan Al-Bisri dan Ajaranya

Khutbah ke-1

اَلْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ مَنْ تَوَكَّلَ عَلَيْهِ بِصِدْقِ نِيَّةٍ كَفَاهُ وَمَنْ تَوَسَّلَ إِلَيْهِ بِاتِّبَاعِ شَرِيْعَتِهِ قَرَّبَهُ وَأَدْنَاهُ وَمَنِ اسْتَنْصَرَهُ عَلَى أَعْدَائِهِ وَحَسَدَتِهِ نَصَرَهُ وَتَوَلاَّهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ حَافَظَ دِيْنَهُ وَجَاهَدَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ أَمَّا بَعْدُ فَيَاأَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ اِتَّقُوْااللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنـْتُمْ مُسْلِمُوْنَ فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ،
ٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَا لَعِبٌۭ وَلَهْوٌۭ وَزِينَةٌۭ وَتَفَاخُرٌۢ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌۭ فِى ٱلْأَمْوَٰلِ وَٱلْأَوْلَـٰدِ ۖ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ ٱلْكُفَّارَ نَبَاتُهُۥ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَىٰهُ مُصْفَرًّۭا ثُمَّ يَكُونُ حُطَـٰمًۭا ۖ وَفِى ٱلْـَٔاخِرَةِ عَذَابٌۭ شَدِيدٌۭ وَمَغْفِرَةٌۭ مِّنَ ٱللَّهِ وَرِضْوَٰنٌۭ ۚ وَمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلَّا مَتَـٰعُ ٱلْغُرُورِ

Hadirin yang dirahmati Allah SWT.

Pertama-tama marilah kita memanjatkan puji serta syukur kehadirat Allah SWT., karena kita masih diberikan banyak nikamat, bahkan kalaulah kita mencoba menghitungnya, niscaya kita tidak akan mampu. Salah dari sekian banyak nikmat Allah SWT. yang kita terima adalah kita dijadikan orang-orang yang sedang belajar mendekatkan diri kepada Allah SWT, melalui amaliah Tarekat Qodiriyah Naqsyabandiyah (TQN) Pondok Pesantren Suryalaya Tasikmalaya dengan bimbingan guru mursyid yang kamil mukkamil, Syaikh KH. Ahamd Shohibuwafa Tajul Aifin ra. Salawat dan salam semoga senatiasa dicurhakan kepada baginda alam, kangjeng nabi Muhamad SAW, kepada keluarganya, sahabatnya, para tabiin, taabittabiin, para aulia Allah, dan mudah-mudahan sampai kepada ummatnya hingga akhir zaman. Amin ya rabbal alamin.

Selanjutnya khatib berwasiat dengan takwa. Mari kita berusaha untuk terus meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT., dengan cara melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala hal yang dilarang oleh Allah SWT. Takwa yang mampu melahirkan kecenderungan hati untuk meneladani para aulia Allah SWT.

Hadirin yang berbahagia

Para ulama berbeda pendapat tentang arti tasawuf. Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani misalnya mendefinisikan tasawuf adalah mensucikan hati dan  melepaskan nafsu dari pangkalnya dengan kholwat, riyadhoh, dan terus menerus berzikir dengan dilandasi iman yang benar, mahabbah, taubah dan ikhlas.

Dalam pandangan Syaikh KH. Ahmad Shohibulwafa Tajul Arifin ra (Abah Anom), tasawuf adalah proses pendekatan diri kepada Allah dan tarekat adalah metodenya. Abah Anom melihat tarekat dari sisi pendekatan proses dan substansi ajaranya. Tujuannya mendekatkan diri kepada Allah dan mendapat keridoan Allah SWT. Hal ini tertuang dalam doa sebelum zikri, yakni Ilaahii Anta Maqshuudii Wardloka Mathluubii ‘Athinii Mahabbataka Wama’ rifataka. Tuhanku, engkau yang aku maksud dan keridloan-Mu yang aku cari. Berilah aku kemampuan unutk mencitai-MU dan amkrifat kepada-Mu.

Dalam doa tersebut terkandung empat tujuan yaitu, taqorub ilallah (mendekatkan diri kepada Allah SWT), menuju mardotillah (keridloan Allah), makrifat (melihat Allah dengan mata hati), dan mahabbah (kecintaan) kepada Allah SWT. Ketika keempat tujuan tersebut tercapai melalui keistiqomahaan dalam mengamalkan tarekat, maka Allah SWT akan memberikan keberkahan yang luar biasa kepada kita. Allah SWT berfirman dalam surtat Al-Jiin ayat 16.

وَأَلَّوِ ٱسْتَقَـٰمُوا۟ عَلَى ٱلطَّرِيقَةِ لَأَسْقَيْنَـٰهُم مَّآءً غَدَقًا

Artinya: Dan bahwasanya: jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezeki yang banyak).

Hadirin yang berbahagia

Kita mengenal ada tiga jenis tasawuf, satu diantaranya tasawuf akhlaki. Apa taswauf akhlaki? Tasawuf akhlaki adalah yaitu tasawuf yang berorientasi pada perbaikan akhlak, mencarti hakikat kebenaran, dan mewujudkan manusia yang makrifat kepada Allah SWT dengan metode-metode tertentu yang telah dirumuskan. Dari sekian banyak tokoh sufi yang mengembangkan tasawuf akhlaki adalah Syaikh Hasan Al-Basri.

Bagi ikhwan TQN Pondok Pesantren Suryalaya, nama Hasan Al-Basri tentu sudah tidak asing lagi. Beliau  sering kita disebut dalam silsilah tawasul dan khataman. Siapa Hasan Al-Basri itu? Bagaimana ajarannya? Berikut penjelasnnya.

Baca Juga  KHUTBAH IDUL FITRI: Muhasabah Diri di Hari Fitri Meraih Predikat Manusia Sejati

Hadirin sidang jumat yang berbahagia

Hasan Al-Basri memiliki nama lengkap Abu Sa’id Al-Hasan Bin Yasar. Beliau lahir di Madinah pada tahun 21 H. (642 M) dan meninggal di Basrah pada tahun 110 H (728 M). Bapaknya adalah seorang budak yang pernah menjadi sekertaris nabi Muhamad SAW, bernama Zaid bin Tsabit. Ibunya merupakan Khairoh, maula salah seorang istri nabi, Ummu Salamah.

Nama Al-Basri dinsibatkan ke kota Basrah, karena beliau lama belajar di kota tersebut. Beliau mengembangkan kepakarannya di kota tersebut. Dan kepakarannya diakui banyak ulama. Imam Qotadah berkata, bergurulah kepada Hasan Al-Basri, karena saya sudah menyaksikan sendiri, tidak ada tabiin yang menyerupai sahabat Nabi kecuali Hasan Al-Basri. Imam Al-Ghazali pernah berkata, Hasan Al-Basri adalah orang yang kata-katanya paling mirip dengan sabda Nabi Muhamad SAW dan paling dekat petunjuknya dari sahabat. Itulah Hasan Al-Basri.

Hadirin yang berbahagia

Dari sekian banyak ajaran dari Hasan Al-Basri antara lain. Pertama, “Dunia adalah negeri tempat beramal. Barang siapa bertemu dengan dunia dengan rasa benci dan zuhud, maka bahagialah dia serta mendapat faidah dalam persahabatan tersebut. Tetap barang siapa yang tinggal dalam dunia, lalu hatinya rindu dan perasannnya tersangkut kepada dunia, maka akhirnya dia akan sengsara. Dia akan terbawa kepada suatu masa yang tidak dapat dideritanya’’.

Kedua, “Dunia adalah sebuah kendaraan untukmu. Jika kamu mengendarainya, ia akan mengantarkanmu ke tempat tujuan. Namun jika dunia itu yang mengendaraimu, maka kamu akan jatuh dalam kehancuran.”

Hasan Al-Basri mengingatkan kita bahwa, Pertama bahwa dunia ini adalah tempatnya beramal. Amal itu nanti di akhirat kelak. Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan rasullah SAW.

الدني مزرعة الآخرة

‘’Dunia ladang bagi akhirat”

Sesungguhnya dunia adalah negeri persinggahan bukan negeri untuk menetap. Maka sepatutnya bagi seorang mukmin menjadikan dunia sebagai bagian perjalanan, mempersiapkan bekal dan hartanya untuk menuju ke perjalanan yang pasti. Maka merupakan kebahagiaan bagi siapa yang menjadikan perjalanan ini bekal yang akan menyampaikannya ke keridhaan Allah Ta’ala, yang menghantarkannya kepada ganjaran surga-Nya dan kepada keselamatan dari neraka-Nya.

إنما الدنيا إلى الجنة والنار طريق والليالي متجر الإنسان والأيام سوق

“Sesungguhnya dunia adalah jalan menuju Surga dan Neraka Malamnya adalah tempat perniagaan manusia dan hari-harinya adalah pasar.”. Ketahuilah bahwa kehidupan akhirat itu lebih utama dari pada dunia. Allah SWT berfirman dalam Surat Ad-Dhuha ayat 4

وَلَلْـَٔاخِرَةُ خَيْرٌۭ لَّكَ مِنَ ٱلْأُولَىٰ

‘’Dan sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan)’’

Kedua, Hasan Al-Basri mengingatkan bahwa janganlah kita terlena, tertipu, dan terperdaya oleh kehidupan dunia. Karena kehidupan dunia tidak selama-lamanya. Kehidupan dunia hanyalah semantara. Allah telah mengingatkan kita dalam beberapa friman-Nya, antara lain.

ٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَا لَعِبٌۭ وَلَهْوٌۭ وَزِينَةٌۭ وَتَفَاخُرٌۢ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌۭ فِى ٱلْأَمْوَٰلِ وَٱلْأَوْلَـٰدِ ۖ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ ٱلْكُفَّارَ نَبَاتُهُۥ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَىٰهُ مُصْفَرًّۭا ثُمَّ يَكُونُ حُطَـٰمًۭا ۖ وَفِى ٱلْـَٔاخِرَةِ عَذَابٌۭ شَدِيدٌۭ وَمَغْفِرَةٌۭ مِّنَ ٱللَّهِ وَرِضْوَٰنٌۭ ۚ وَمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلَّا مَتَـٰعُ ٱلْغُرُورِ

Artinya : Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (QS. Al-Hadid Ayat 20).

Baca Juga  Khutbah Jum'at: Nilai teologis Pancasila

Dalam Surat Ghafir (40) ayat 39

يَـٰقَوْمِ إِنَّمَا هَـٰذِهِ ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَا مَتَـٰعٌۭ وَإِنَّ ٱلْـَٔاخِرَةَ هِىَ دَارُ ٱلْقَرَارِ

Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal.

وَمَا هَـٰذِهِ ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلَّا لَهْوٌۭ وَلَعِبٌۭ ۚ وَإِنَّ ٱلدَّارَ ٱلْـَٔاخِرَةَ لَهِىَ ٱلْحَيَوَانُ ۚ لَوْ كَانُوا۟ يَعْلَمُونَ

Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui. (Surat Al-Ankabut (29) ayat 64). Dalam ayat lain Allahpun berfirman.

مَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلَّا لَعِبٌۭ وَلَهْوٌۭ ۖ وَلَلدَّارُ ٱلْـَٔاخِرَةُ خَيْرٌۭ لِّلَّذِينَ يَتَّقُونَ ۗ أَفَلَا تَعْقِلُونَ

Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?

Ketiga, Hasan Al-Basri mengingatkan pentingnya kehidupan yang seimbang. Seimbang antara ikhtiar untuk pemenuhan kebutuhan di dunia dan akhirat. Dalam hal ini Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Qashash (28) ayat 77.

وَٱبْتَغِ فِيمَآ ءَاتَىٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلْـَٔاخِرَةَ ۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِن كَمَآ أَحْسَنَ ٱللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ ٱلْفَسَادَ فِى ٱلْأَرْضِ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلْمُفْسِدِينَ

Artinya : Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.

Nabi Muhamad SAW bersabda:’’ Bekerjalah untuk dunia mu seolah-oleh kami akan hidup selama-lamnya. Dan beramallah kamu seolah-oleh kamu akan mati esok hari’.

Siapa yang tidak mampu menyeimbangkan kedua amal tersebut, atau bahkan lebih menyukai kehidupan dunia dari pada akhirat, maka ia digolongkan menjadi manusia sesat. Naudzubillahi min dzaalik. Allah SWT berfirman dalam surat Ibrahim ayat 3

ٱلَّذِينَ يَسْتَحِبُّونَ ٱلْحَيَوٰةَ ٱلدُّنْيَا عَلَى ٱلْـَٔاخِرَةِ وَيَصُدُّونَ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ وَيَبْغُونَهَا عِوَجًا ۚ أُو۟لَـٰٓئِكَ فِى ضَلَـٰلٍۭ بَعِيدٍۢ

Artinya : (Yaitu) orang-orang yang lebih menyukai kehidupan dunia dari pada kehidupan akhirat, dan menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah dan menginginkan agar jalan Allah itu bengkok. Mereka itu berada dalam kesesatan yang jauh.

Hadirin sidang jumat yang berbahagia.

Dalam praktek menyeimbangkan amal untuk kehidupan dunia dan akhirat tentu tidak semudah membalikan telapak tangan. Ada banyak halangan dan rintangan. Nafsu yang selalu menyelimuti diri kita akan terus mendorong kita untuk melalukan sesuai bisikan dan ajaknya. Begitu juga bisa syaiktan. Mereka akan terus membisikan manusia supaya berlomba-lomba menumpuk harta dan melupakan Allah.

وَمَآ أُبَرِّئُ نَفْسِىٓ ۚ إِنَّ ٱلنَّفْسَ لَأَمَّارَةٌۢ بِٱلسُّوٓءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّىٓ ۚ إِنَّ رَبِّى غَفُورٌۭ رَّحِيمٌۭ

Artinya : Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang. (QS. Yusuf: 53).

Orang yang mampu menundukan hawa nafsunya, maka dia termasuk orang-orang yang beriman. Nabi bersabda Dalam hadits dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يَكُوْنَ هَوَاهُ تَبَعًا لِمَا جِئْتُ بِهِ

“Tidaklah beriman salah seorang di antara kalian sampai ia menundukkan hawa nafsunya untuk tunduk pada ajaran yang aku bawa.” (Diriwayatkan dalam kitab Al-Hujjah dengan sanad yang shahih menurut Imam Nawawi. Namun penshahihan hadits ini tidak tepat menurut Ibnu Rajab).

Mengapa diantara kita masih ada yang tidak mampu melawan bisikan syaitan?  Bisa jadi karena kita telah berpaling dari mengingat (zikir) kepada Allah SWT. Barang siapa yang telah berpaling dari zikir maka ia akan disesatkan oleh syaithah dan syiathan akan menjadi temanya.

Baca Juga  Khutbah Jum'at: Bahaya Ghibah

وَمَن يَعْشُ عَن ذِكْرِ ٱلرَّحْمَـٰنِ نُقَيِّضْ لَهُۥ شَيْطَـٰنًۭا فَهُوَ لَهُۥ قَرِينٌۭ

Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (Al Quran), kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) maka syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya. (QS. Az-Zuhruf. 36).

Hadirin yang dimuliakan Allah SWT.

Kita dituntut mampu memanfaatkan dan mempergunakan segala kehidupan yang ada di dunia ini, untuk meraih kesuskesan kehidupan diakhirat nanti. Kita harus mampu menundukan hawa nafsu dan melawan godaan syaithan. Kita juga perlu hati dan teliti, bisa jadi apa yang kita lakukan di dunia tidak sejalan dengan apa yang telah digariskan Allah dan rasulnya.  Kita perhatikan wasiat Syaikh Abdullah Mubarok Bin Nur Muhamad (Abah Sepuh) dalam Tanbihnya.

‘’….hendaklah segenap murid-murid bertindak teliti dalam segala jalan yang ditempuh, guna kebaikan dhohir-bathin, dunia maupun akhirat, supaya hati tenteram, jasad nyaman, jangan sekali-kali timbul persengketaan, tidak lain tujuannya “ Budi Utama-Jasmani Sempurna “ (Cageur-Bageur).

Maka untuk meraih itu,

‘’Tiada lain amalan kita, Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah, amalkan sebaik-baiknya guna mencapai segala kebaikan, menjauhi segala kejahatan dhohir bathin yang bertalian dengan jasmani maupun rohani, yang selalu diselimuti bujukan nafsu, digoda oleh perdaya syetan’’.

Semoga kita semua diberi kemampuan untuk terus mengamalkan amalaan TQN sebaik-baiknya, sehingga kita mampu memaksimalkan amalan di dunia ini untuk meraih kebagiaan yang hakiki di akhirat nanti. Amin ya rabbal alamin.

  بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ اْلكَرِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

Khutbah ke-2

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. وَاعْتَصِمُوا بِاللَّهِ. وَاعْتَصِمُوا بِاللَّهِ . وَاعْتَصِمُوا بِاللَّهِرَبَّنَا افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِالْحَقِّ وَاَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ. ر بَّنَا أَنزِلْنِى مُنزَلًۭا مُّبَارَكًۭا وَأَنتَ خَيْرُ ٱلْمُنزِلِينَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

Penulis : Nana Suryana (Khatib Masjid Nurul Asror/Ketua I LDTQN Suryalay)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button