Min Qolbin Hayyin
oleh: Rojaya, M.Ag.
Benih kalimat tauhid atau dzikir nafi dan itsbat dalam tarekat harus diambil dari seseorang yang memiliki qolbu yang hidup (min qolbin hayyin) (Miftahus Shudur, juz I, hlm. 4). Sehingga benih dzikir tersebut menjadi benih unggul dan dapat tumbuh menjadi pohon yang bagus. Akarnya menghunjam kokoh, cabangnya menjulang ke langit dan buahnya terus bermunculan dengan ijin Allah.
Siapakah orang yang memiliki qolbu yang hidup itu? Jawabannya ialah Syekh Mursyid. Ia yang mentalkinkan dzikir jahar dan khofi. Adapun para wakil talkin adalah petugas yang ditunjuk Syekh Mursyid sebagai semacam penyambung lidah dalam mentalkin.
Qolbu yang hidup memiliki ciri. Dalam Sirrul Asror (hlm. 30) disebutkan,”Fa kama la yanamu al-qolbu al-hayyu, fakadzalika la yamutu.” (Sebagaimana qolbu yang hidup tidak tidur, maka ia juga tidak mati).
Demikian seorang Syekh Mursyid yang mentalkinkan dzikir, qolbunya terus hidup dengan dzikir khofi, walaupun tubuhnya sedang tidur atau sudah wafat).
Dzikir nafi dan itsbat dilakukan dalam keadaan memiliki wudhu yang sempurna, dzikir dengan pukulan yang keras dan suara yang kuat, supaya menghasilkan cahaya dzikir dalam batin orang yang berdzikir, sehingga qolbunya menjadi hidup abadi dengan dzikir khofi.
Bersyukur kita sudah ditalqin oleh Syekh Mursyid yang memiliki qolbu yang hidup. Dengan mengamalkan dzikir yang ditalkinkan tersebut, semoga qolbu kita mendapat limpahan atau percikan cahaya dan menjadi hidup dengan dzikir khofi.
Uraian di atas membantu Kita untuk memahami maksud dua hadits dalam Miftahus Shudur (Juz I, hlm. 4). Pertama, hadits Nabi Saw,”Orang yang berdzikir di tengah orang- orang yang lalai dzikir seperti pohon hijau (rindang) di tengah pohon kering.” Mengapa? Sebab, benih dzikir yang didapat dari Syekh yang memiliki qolbu yang hidup akan tumbuh dan menjadi pohon besar yang rindang serta melahirkan buah kebaikan: keyakinan yang kuat, ibadah yang lurus maupun akhlak mulia.
Kedua, hadits Nabi Saw,”Orang yang berdzikir kepada Allah di tengah orang- orang yang lalai seperti orang yang hidup di tengah orang- orang yang mati.” Mengapa? Sebab qolbu orang yang berdzikir yang didapat dari Syekh Mursyid yang qolbunya hidup akan mendatangkan cahaya dan menghidupkan qolbu dengan dzikir khofi. Orang yang berdzikir maka qolbunya hidup, sedangkan orang yang tidak berdzikir qolbunya padam, tanpa cahaya dan belum hidup.
Qolbu yang hidup yang ada pada Syekh Mursyid saat mentalkinkan dzikir, maka dzikir yang ditalkinkan tersebut saat diamalkan akan tersambung dengan qolbu Syekh Mursyid, sehingga qolbu kita menjadi bercahaya dan hidup juga. Intinya ada pada Syekh Mursyid yang memiliki qolbu yang hidup.
Semoga Syekh Mursyid Kita, Syekh Ahmad Shohibulwafa Tajul ‘Arifin ra senantiasa ditambah karomahnya untuk kebaikan kita para ikhwan dan muridnya, Al- Fatihah.