Maslahat Sebagai Tujuan Syariat
Syariat, tarekat, makrifat dan hakekat adalah tangga- tangga perjalanan menuju Allah. Perjalanan tersebut ada yang bersifat lahir dan ada juga yang batin. “Sesungguhnya ahli dzahir ialah ahli syariat, dan ahli batin ialah ahli hakekat. Keduanya penting untuk meraih hakekat (yang utuh, sempurna),” (Miftahus Shudur, juz 1, hlm. 21).
Tangga pertama ialah syariat, yaitu ajaran Islam yang terdapat dalam ayat- ayat Al- Qur’an maupun hadits- hadits Nabi Saw. Ini sisi dzahir yang perlu diperhatikan.
Tujuan syariat ialah maslahat, manfaat atau kebaikan. Lawannya ialah mafsadat, bahaya atau hal- hal yang merusak.
Setiap yang mengandung manfaat, baik mendatangkan kebaikan atau menghindarkan bahaya, maka dapat disebut maslahat. Ini pandangan Imam Al-Ghazali dalam Al-Mustashfa, hlm. 174.
Inilah mengapa dalam wilayah syariat suatu amalan seringkali disebutkan manfaatnya. Misalkan hadits Nabi Saw berikut: “Minta tolonglah pada Allah dalam masalah rezki dengan sedekah,” (Jami’ Ash-Shoghir no hadits 987). “Wahai Zubair, Allah menurunkan rezki kepada para hamba-Nya bergantung pada nafkah yang mereka berikan. Siapa yang banyak mengeluarkan nafkah, maka rezkinya akan diperbanyak. Siapa yang sedikit dalam mengeluarkan nafkah, maka rezkinya akan diberi sedikit,” (HR. Dailami). Nafkah yang dimaksud termasuk dalam hal menjamu tamu dan sikap dermawan.
Dalam bab istighfar disebutkan,”siapa yang merutinkan membaca istighfar, maka Allah akan menjadikan susahnya menjadi lapang, sempitnya diberi solusi dan diberi rezki dari arah yang tidak disangka- sangka,” (Hadits shahih riwayat Hakim). Banyak syariat Islam yang dikaitkan dengan kemashlahatan. Menyikapi hadits- hadits tetsebut, Kita tidak perlu berpikir takut tidak lillahi ta’ala atau tidak ikhlas karena beramal dengan ada harapan. Karena berharap kepada Allah disebut roja dan dibenarkan. Juga dalam wilayah syariat memang tujuannya ialah kemaslahatan atau kebaikan, baik berupa mendatangkan manfaat maupun menolak bencana.
Sebenarnya maslahat juga ada dalam amalan- amalan tarekat, hanya saja tidak didzahirkan. Tarekat mengajarkan agar berorientasi pada Allah dan mencari ridha-Nya saja dalam beramal baik.
“Amalkan dan jangan ingin apapun,” demikian pesan salah satu Putra Abah Anom ra ketika menyuruh mengamalkan suatu wirid.
(Rojaya, Ketua Divisi Kajian dan Literasi Tasawuf DPP LDTQN Pontren Suryalaya dan Wakil Dekan Fakultas Dakwah IAILM Pontren Suryalaya).